Harga BBM di AS Melonjak Jadi Rp 57.661 per Galon, Joe Biden Kelimpungan Cari Strategi Tekan Inflasi
Lonjakan harga bensin sebenarnya sudah mulai dialami AS sejak awal tahun 2024, dimana saat itu harga bensin telah melonjak sebesar 19 persen .
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Harga rata-rata bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin di SPBU Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikkan, tembus dikisaran 3,60 dollar AS sekitar Rp 57.661 (satuan kurs Rp 15.990) per gallon yang setara 3,78 liter air.
Angka ini melonjak 4 sen lebih tinggi dari rata-rata tahun lalu.
Mengutip dari ABC News lonjakan harga bensin sebenarnya sudah mulai dialami AS sejak awal tahun 2024, dimana saat itu harga bensin telah melonjak sebesar 19 persen .
Meski harga minyak dunia di pasar global telah mengalami penurunan, namun adanya rencana pemangkasan produksi minyak dunia yang dilakukan anggota OPEC serta perang Timur Tengah yang tak kunjung mereda telah membuat ketakutan pasar hingga harga bensin terseret naik ke level tertinggi.
Baca juga: Ekonom Tak Yakin Pemerintah Berani Hapus Pertalite, Bakal Hadapi Demo hingga Meroketnya Inflasi
Mencegah lonjakan harga bensin yang kian mencekik perekonomian AS, Presiden Joe Biden mulai memberlakukan strategi baru dengan menggelontorkan 1 juta barel BBM dari Cadangan Minyak Strategis (Strategic Petroleum Reserve/SPR) yang tersimpan di Timur Laut AS.
Penggelontoran cadangan minyak rencananya akan diberlakukan pemerintah AS mulai tanggal 27 Mei yang merupakan peringatan Hari Pahlawan hingga 4 Juli yang bertepatan dengan hari kemerdekaan RI.
“Kami memastikan aliran pasokan yang cukup ke tiga negara bagian dan timur laut pada saat orang Amerika sangat membutuhkannya," kata Menteri Energi Jennifer Granholm.
"Pasokan dalam jumlah 1 juta barel dilepas untuk memastikan proses penawaran kompetitif yang memaksimalkan dampak terhadap harga di pompa bensin," tambahnya.
Meski strategi ini dapat meredakan kekhawatiran pasar dan menggerek turun harga rata-rata bensin, namun langkah baru Biden telah memicu perdebatan.
Publik berspekulasi strategi pelepasan cadangan minyak Strategis di Texas dan Louisiana sengaja dilakukan pemerintahan Biden untuk mendulang suara masyarakat AS menjelang pemilihan presiden bulan November mendatang.
Perlu diketahui pelepasan cadangan minyak strategis itu terjadi ketika cadangan minyak AS berada dalam titik terendah dalam beberapa dekade terakhir.
Pemerintahan Biden diketahui terakhir kali melepas cadangan minyak 180 juta SPR pada 2022, ketika harga energi melonjak imbas serangan Rusia ke Ukraina.