Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Asosiasi Nilai Transisi Hijau Harus Jadi Prioritas Pelaku Usaha Industri Semen

Lilik Unggul Raharjo menilai, transisi industri hijau harus menjadi prioritas seluruh pelaku usaha dalam industri semen.

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Sanusi
zoom-in Asosiasi Nilai Transisi Hijau Harus Jadi Prioritas Pelaku Usaha Industri Semen
Endrapta Pramudhiaz
Ketua Asosiasi Semen Indonesia Lilik Unggul Raharjo ketika ditemui usai konferensi pers International Cement Conference Cemtech Asia 2024 di Shangri-La Hotel Jakarta, Senin (3/6/2024). 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Lilik Unggul Raharjo menilai, transisi industri hijau harus menjadi prioritas seluruh pelaku usaha dalam industri semen.

Bukan hanya sekadar berpartisipasi, tetapi memiliki komitmen kuat yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

Oleh karena itu, ASI menyelenggarakan International Cement Technology (Cemtech) Conference 2024 Asia dengan tema “Advancing Decarbonization Technologies in Asia” di Hotel Shangri-La Jakarta, 3 Juni – 5 Juni 2024.

Baca juga: Asosiasi Sebut Mundurnya Bambang Susantono Tak akan Pengaruhi Pasokan Semen ke IKN

Comtech disebut merupakan salah satu inisiatif ASI meningkatkan upaya-upaya dekarbonisasi pada lingkup salah satu kapasitas terbesar di Asia ini.

"Konferensi ini memfasilitasi para pimpinan bisnis, asosiasi semen di Asia, dan instansi pemerintah untuk saling menginspirasi dan menciptakan peluang kolaborasi dalam meningkatkan kontribusi penurunan emisi," kata Lilik dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/6/2024).

Lilik menyebut, hingga 2022, industri semen Indonesia tercatat sudah mencapai 12,9 persen penurunan emisi dibandingkan baseline 2010.

Baca juga: Kapasitas Produksi Semen di Indonesia Lebih dari 119 Juta Ton di 2023, Terserap Hanya 55 Persen

Berita Rekomendasi

ASI pun telah bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian, merancang road map dekarbonisasi untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2050.

"Artinya, kita masih memiliki ruang besar untuk berinovasi pada dekarbonisasi”, ujar Lilik.

Dalam rangkaian konferensi dan pameran yang berlangsung selama tiga hari ini, para partisipan dari 25 Negara mengikuti rangkaian diskusi panel dan presentasi mengenai inovasi terkini di sektor semen.

Termasuk mengenai penggunaan bahan bakar alternatif, pengurangan klinker, dan penerapan teknologi efisiensi energi.

Melalui konferensi ini, diharapkan terwujud peningkatan penerapan praktik ramah lingkungan di industri semen.

Baca juga: Jaga Keanekaragaman Hayati, Separuh Area Pabrik Semen di Cilacap Jadi Hutan Kota

Peneruapan praktik ramah lingkungan dinilai merupakan langkah vital dalam mengurangi dampak lingkungan global.

Menurut Lilik, Indonesia telah mengambil langkah penting dalam dekarbonisasi industri semen.

“ASI menjadi pelopor dalam mengadvokasi praktik berkelanjutan industri semen di Indonesia dengan mendorong inovasi dalam produksi, penerapan prinsip ekonomi sirkular, dan beralih ke proses produksi yang lebih bersih,” tutur Lilik.

Sejalan dengan target pengurangan emisi nasional dan global, industri semen di Indonesia disebut sudah menerapkan inisiatif dekarbonisasi dalam proses produksinya.

Antara lain, penggunaan bahan bakar alternatif seperti biomassa, limbah industri, sampah perkotaan yang diolah menjadi refuse-derived fuel (RDF), dan lain-lain untuk substitusi batu bara.

Penggunaan energi baru terbarukan juga didorong untuk meningkatkan efisiensi energi, serta penerapan standar batas penggunaan energi per ton produk semen untuk mendorong industri yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas