Kelebihan Pasokan, Produksi Semen Tembus 120 Juta Metrik Ton Per Tahun
Utilisasi industri semen nasional sejak tahun 2017 di bawah 70 persen lalu bervariasi antara 50-60 persen dan di tahun 2023 hanya 58 persen.
Penulis: Lita Febriani
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia memiliki 16 industri semen yang terintegrasi dengan kapasitas produksi sekitar 120 juta metrik ton per-tahun di tahun 2023.
Sementara itu, kebutuhan semen nasional hanya sekitar 66,8 juta ton di tahun 2023 dan Indonesia juga melakukan ekspor sebanyak 1,35 juta ton di tahun yang sama.
Direktur Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non-Logam Kementerian Perindustrian Putu Nadi Astuti mengatakan, utilisasi industri semen nasional sejak tahun 2017 di bawah 70 persen, selanjutnya bervariasi antara 50-60 persen dan di tahun 2023 hanya 58 persen.
"Jadi memang industri semen nasional ini bisa dikategorikan sudah over capacity, tapi tidak ada impor," kata dia.
"Kalaupun ada impor, nilainya sangat kecil. Importasinya kemungkinan digunakan untuk bahan uji sangat kecil. Sementara kebutuhan dalam negeri tidak terlalu besar dibandingkan dengan kapasitas industri semen yang tersedia," tutur Putu dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (4/6/2024).
Baca juga: Kemenperin Tolak Pembangunan Pabrik Semen di Aceh Selatan: Bisa Turunkan Utilisasi Produksi
Dengan kelebihan kapasitas tersebut, Kementerian Perindustrian melihat peningkatan kebutuhan semen saat ini hanya berasal dari pengembangan dan pembangunan infrastruktur maupun kontruksi.
Putu menyebut, pekerjaan rumah saat ini adalah meningkatkan pemanfaatan semen di dalam negeri.
Baca juga: Kapasitas Produksi Semen di Indonesia Lebih dari 119 Juta Ton di 2023, Terserap Hanya 55 Persen
"Jadi memang bisa langsung proyek-proyek pemerintah, swasta, infrastruktur, konstruksi dan lain-lain. Kita juga dorong agar semen ini ditingkatkan pada industri barang-barang dari semen. Industri ini ada banyak, ada mortar, readymix dan sebagainya. Ini yang importasinya masih cukup tinggi," ungkapnya.