Kinerja Pertamina Ditopang Hasil Produksi Lapangan Minyak, Segini Capaiannya
Produksi migas bertumbuh 8 persen dari tahun 2022 sebesar 967 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD) menjadi 1.044 MBOEPD pada 2023.
Penulis: willy Widianto
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Center for Energy Policy M Kholid Syeirazi angkat bicara terkait kinerja Pertamina sepanjang tahun 2023.
Menurutnya, sepanjang tahun 2023 situasi global tidak mudah, termasuk kondisi geopolitik yang tidak menentu dan tingginya kurs mata uang.
“Harus diakui bahwa ada peningkatan kinerja, dan ini terjadi di tengah situasi yang tidak mudah,” kata Kholid dalam pernyataannya, Jumat (14/6/2024).
Sisi upstream misalnya, menurut Kholid, kinerja Pertamina mengalami peningkatan. Sehingga sekarang ini, produksi Pertamina mencapai 70 persen dari porsi kebutuhan nasional. Sementara di sektor gas, mencapai 37 persen.
Baca juga: Pertamina Catat Gunakan Tingkat Komponen Dalam Negeri hingga Rp374 Triliun di Sepanjang 2023
Ia mengatakan, keberhasilan Pertamina tak lepas dari hasil produksi lapangan minyak (wilayah kerja/WK) seperti Blok Rokan, Blok Mahakam, dan wilayah kerja lainnya.
Menurut Kholid, keberhasilan Pertamina mengelola berbagai WK juga tidak mudah. Meskipun merupakan blok alih kelola, namun jika Pertamina tak kompeten tentu akan mengalami penurunan produksi.
“Nyatanya, Pertamina berhasil mengelolanya sehingga menahan laju natural decline,” kata Kholid.
Begitu juga pada midstream dan downstream, Kholid berharap Pertamina terus meningkatkan kinerja. Termasuk diantaranya, segera menyelesaikan pembangunan kilang, sehingga bisa mendukung peningkatan ketahanan energi dan mengurangi impor.
Terpisah, pengamat BUMN dari Datanesia Institute Herry Gunawan juga menilai positif kinerja Pertamina.
Menurut Herry, keberhasilan Pertamina di sektor hulu, tak lepas dari berbagai inovasi teknologi yang dilakukan. Tidak hanya untuk mencari sumber-sumber minyak baru, tetapi juga untuk meningkatkan produksi. Semisal melalui enhanced oil recovery (EOR).
Tak kalah penting, saat kondisi geopolitik tidak menentu, Pertamina juga dinilai mampu mengelola manajemen operasional dengan baik. Termasuk di antaranya melakukan efisiensi dengan sangat baik, antara lain inovasi rantai nilai pada sektor hulu hingga hilir.
“Harga minyak di pasar internasional kan gak bisa dikontrol oleh Pertamina, tapi oleh pasar. Jadi ya harus diterima apa adanya. Sementara kegiatan operasional justru bisa dikontrol, dan ini yang dilakukan oleh Pertamina, yakni optimalisasi biaya. Ini membuat kinerja perusahaan tetap positif,” ujar Herry.
Sebelumnya, pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) awal pekan ini, memang terungkap bahwa kinerja PT Pertamina (Persero) sepanjang 2023 mengalami peningkatan.
Capaian tersebut berkat efisiensi, optimalisasi biaya, manajemen liabilitas, serta komitmen penyelesaian piutang pemerintah kepada Pertamina.
“Seiring dengan pertumbuhan operasional, capaian keuangan pun meningkat berkat efisiensi, optimalisasi biaya, manajemen liabilitas, serta komitmen penyelesaian piutang pemerintah kepada Pertamina,” ungkap Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Perseroan Tahun Buku 2023, yang dilaksanakan di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin 10 Juni 2024 lalu.
Dalam laporan tahun buku 2023, produksi migas bertumbuh 8 persen dari tahun 2022 sebesar 967 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD) menjadi 1.044 MBOEPD pada 2023.
Begitu juga dengan pengolahan dan petrokimia yang mengalami peningkatan produksi sebesar 341 juta BBL pada tahun 2023. Sementara pada bisnis pemasaran dan niaga, realisasi penjualan produk BBM dan Non-BBM juga meningkat menjadi 100 juta KL di tahun 2023.