Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Rupiah Makin Terpuruk, Pasar Pantau Arah Kebijakan Fiskal Pemerintahan Prabowo yang Belum Pasti

Nilai tukar rupiah kembali merosot ke level Rp16.471 per dolar AS atau turun 41 poin atau 0,25 persen dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.430.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Rupiah Makin Terpuruk, Pasar Pantau Arah Kebijakan Fiskal Pemerintahan Prabowo yang Belum Pasti
WARTA KOTA/WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN
Karyawan sedang merapikan tumpukan uang tunai pecahan kecil dan besar di cash pooling Bank Mandiri, Jalan Gatot Subroto, Jalarta. Nilai tukar rupiah kembali merosot ke level Rp16.471 per dolar AS atau turun 41 poin atau 0,25 persen dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.430. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah kembali merosot ke level Rp16.471 per dolar AS atau turun 41 poin atau 0,25 persen dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.430, Sabtu, 21 Juni 2024.

Posisi kurs mata uang garuda ini menjadi yang terburuk sejak 23 Maret 2020 di mana rupiah kala itu di Rp 16.575 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah ini dipengaruhi sentimen meningkatnya risiko fiskal.

"Pasar terus memantau ketidakpastian arah kebijakan fiskal yang meningkatkan fiscal risk juga menjadi faktor yang memengaruhi pelemahan mata uang rupiah," katanya dalam catatan harian Sabtu (22/6/2024).

Hal itu dilihat dari kondisi proyeksi defisit anggaran pemerintah di APBN yang besar di kisaran 2,8 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Angka tersebut mendekati batas atas level 3 persen dari PDB.

Berita Rekomendasi

Terlebih belakangan ini bermunculan kabar mengenai sikap Presiden terpilih Prabowo Subianto yang terlihat permisif dengan utang.

Bahkan Prabowo diisukan akan menaikkan rasio utang pemerintah hingga 50 persen dari PDB, meski kemudian kabar itu sudah dibantah tim Prabowo-Gibran.

Pemerintahan baru di bawah Prabowo-Gibran harus secepatnya menyampaikan komitmennya terhadap disiplin fiskal agar naiknya risiko fiskal dapat ditekan dan tidak menciptakan sentimen negatif terhadap rupiah.

Baca juga: IHSG Ditutup Menguat, Rupiah Ambruk Dekati Level Rp 16.500 Per Dolar AS

Pemerintah dan Bank Indonesia selayaknya menjaga stabilitas rupiah berbasis kekuatan fundamental perekonomian Indonesia.

Yakni surplus neraca perdagangan, bukan intervensi valuta asing (valas) dengan cadangan devisa yang terbatas atau menaikkan suku bunga domestik.

Baca juga: Pelemahan Rupiah Bikin Bisnis Garuda Indonesia Turbulensi Parah

"Sebenarnya rupiah tidak perlu mengalami pelemahan yang panjang jika pasokan dolar dari surplus neraca perdagangan mengalir ke pasar," imbuhnya.

Pelemahan rupiah, kata Ibrahim, merupakan anomali karena hingga Mei 2024 Indonesia masih mencatatkan surplus neraca perdagangan yang cukup baik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas