Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pelemahan Rupiah Buat Jokowi 'Gusar’ Menkeu: Fundamental Ekonomi Masih Sangat Kuat

Rancangan defisit tersebut diharapkan menjadi dorongan bagi semua pihak untuk tetap optimis terhadap kondisi perekonomian nasional

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Pelemahan Rupiah Buat Jokowi 'Gusar’ Menkeu: Fundamental Ekonomi Masih Sangat Kuat
YouTube Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo (Jokowi) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan optimisme terhadap defisit anggaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 untuk bisa dipertahankan di bawah 3 persen.

Target defisit anggaran itu ditetapkan untuk mengantisipasi pembayaran bunga utang pada tahun depan yang diperkirakan meningkat karena pengaruh suku bunga global dan tekanan mata uang dolar Amerika Serikat.

Menurut Airlangga, rancangan defisit tersebut diharapkan menjadi dorongan bagi semua pihak untuk tetap optimis terhadap kondisi perekonomian nasional saat ini dan ke depannya.

Baca juga: Kowani Gelar Hari Kebaya Nasional Pertama 24 Juli di Istora, akan Dihadiri Jokowi & 7.000 Perempuan

“Baru jadi alarm itu kalau kita lihat defisit anggaran di negara-negara Uni Eropa (UE) yang rata-rata 5-7 persen. Alarmnya bunyinya di Eropa bukan di Indonesia, Indonesia masih di bawah 3 persen,” jelas Menko Airlangga di Jakarta, Jumat (22/6/2024).

Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa Bank Sentral UE juga sudah mengingatkan negara-negara anggotanya untuk memelihara tingkat defisit anggaran di bawah 3 persen.

“Anda bisa lihat negara Jerman, Prancis, Italia, itu (defisitnya) antara 5-7 persen, dan Indonesia di bawah 3 persen, jadi tidak perlu panik. Mereka sudah dapat peringatan dari Bank Sentral UE kalau negara-negara UE harus ikut seperti negara-negara Asia,” tegasnya.

Selain kemampuan menjaga fundamental ekonomi Indonesia agar tetap kuat menjadi hal yang terpenting, Menko Airlangga meyakini bahwa kebijakan perekonomian Pemerintah di tahun depan masih akan tetap sejalan dengan kebijakan yang ada saat ini.

Berita Rekomendasi

Kemudian, neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 tercatat memperoleh surplus 2,93 miliar dolar AS dan mampu melanjutkan tren surplus selama 49 bulan berturut-turut.

Meski tereduksi dengan defisit sektor migas, surplus neraca perdagangan tersebut didukung oleh surplus sektor nonmigas sebesar 4,26 miliar dolar AS.

Peningkatan ekspor nonmigas Indonesia pada Mei 2024 dibandingkan April 2024 diikuti dengan meningkatnya nilai ekspor ke sebagian besar negara tujuan utama seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang. Selain itu, ekspor Indonesia ke ASEAN dan UE juga mengalami kenaikan

Baca juga: Relawan Pejuang untuk Indonesia Maju Dorong Pertumbuhan Ekonomi Lokal dengan Budidaya Rumput Laut

“Selain dari segi trade kita surplus, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif tinggi di 5,11 persen, kemudian inflasi rendah di 2,8 persen kemudian juga dari daya saing juga relatif tinggi. Peringkat daya saing Indonesia naik sebanyak 7 tingkat pada 2024 ini, tertinggi dalam 6 tahun terakhir,” tutur Airlangga.

Riset IMD World Competitiveness Ranking 2024 mencatat bahwa Indonesia menduduki posisi ke-27 dari 67 negara, di mana pada 2023 lalu Indonesia berada di posisi ke-34.

“Jadi secara fundamental Indeks Keyakinan Konsumen juga baik, PMI kita juga positif di atas 50,” paparnya.

Meskipun kondisi fundamental ekonomi masih stabil, namun Pemerintah masih terus menjaga faktor sentimental regional dan mendorong masuknya investasi.

Pemerintah mendorong Devisa Hasil Ekspor serta meminta pengusaha yang ekspornya masih punya devisa di luar negeri untuk dimasukkan ke dalam negeri.

Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar bersih di pasar keuangan domestik mencapai Rp0,78 triliun pada periode 19-20 Juni 2024.

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyebut nilai tersebut berasal dari aliran modal asing keluar bersih di pasar saham Rp1,42 triliun, sedangkan modal asing masuk bersih di pasar Surat Berharga Negara (SBN) Rp0,45 triliun, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) Rp0,19 triliun.

Sejak awal 2024 sampai dengan 20 Juni 2024 tercatat aliran modal asing keluar bersih di pasar SBN mencapai Rp42,10 triliun dan di pasar saham Rp9,35 triliun, sedangkan modal asing masuk bersih di SRBI Rp117,77 triliun.

Selain itu, premi risiko investasi atau premi credit default swaps (CDS) Indonesia 5 tahun per 20 Juni 2024 sebesar 76,04 basis poin (bps), relatif stabil dibandingkan 14 Juni 2024 sebesar 76,40 bps.

Sementara imbal hasil atau yield SBN Indonesia tenor 10 tahun naik ke 6,18 persen, dan imbal hasil surat utang AS alias US Treasury Note tenor 10 tahun juga meningkat ke level 4,259 persen.

“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” papar Erwin.

Kekhawatiran Investor

Pelemahan nikai tukar rupiah hingga mendekati Rp16.500 per dolar AS, membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengambil langkah.

Jokowi tampak gusar dengan kondisi rupiah yang makin terpuruk.

Dia memanggil sejumlah Menteri dan kepala Lembaga yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) ke Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, (20/6/2024).

Pemanggilan tersebut terkait dengan terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang Dollar AS, hingga tembus Rp16.400 per dollar.

Hampir dua jam pertemuan antara Jokowi dengan KSSK tersebut. Mereka yang tiba sekitar pukul 16.00 WIB baru keluar sekitar pukul 18.00 WIB.

Hadir dalam pertemuan tersebut yakni Ketua Dewan Komisiober LPS Purbaya Yudhi Sadewa, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

“Saya bersama dengan pak gubernur BI, ketua DK OJK dan ketua DK LPS di dalam forum KSSK juga menyampaikan kepada bapak presiden berbagai perkembangan terkini dinamika market juga dari sisi perkembangan pembahasan APBN kita dengan DPR,” kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap Dollar belakangan ini dipengaruhi oleh faktor fundamental.

Sebenarnya faktor fundamental di Indonesia tersebut terbilang lebih baik ketimbang negara lain.

Mulai dari pertumbuhan ekonomi, inflasi terkendali dan defisit transaksi berjalan.

Namun menurut dia mata uang rupiah mengalami tekanan baik oleh sentimen dalam negeri maupun luar negeri.

Untuk luar negeri diantaranya karena kondisi geopolitik yang tegang serta kebijakan suku bunga di AS.

“Untuk hari ini kita juga melihat isu terkini baik dari sisi global itu menyangkut global politic dan berbagai perkembangan yang terjadi dari perekonomian di AS, Eropa dan RRT yang memiliki potensi pengaruh spill over ke perekonomian kita dan itu akan kita pantau bagaimana meminimalkan dampak negatif kalau terjadi keputusan mengenai fed fund rate, yang beberapa kali akan menurunkan suku bunga,” katanya.

Sementara itu untuk di dalam negeri ada kekhawatiran dari investor mengenai kesinambungan fisikal.

Meskipun demikian kata Sri Mulyani pemerintah akan memastikan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dilakukan dengan hati-hati.

“APBN 2024 yang sekarang sedang berjalan kita akan tetap kelola secara hati-hati ada beberapa hal yang bergerak seperti kurs harga minyak maupun dari sisi SBN nilai yeild kita, itu pasti mempengaruhi postur dan ini sudah kita monitor dari sisi implikasi pembiayaan,” pungkasnya. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas