Bappenas: Kerugian Akibat Food Loose dan Food Waste Rp 551 Triliun Per Tahun
Potensi kerugian Indonesia akibat susut pangan pasca panen dan susut pangan di meja makan atau food waste mencapai Rp 551 triliun setiap tahunnya.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Potensi kerugian Indonesia akibat susut pangan pasca panen atau food loose dan susut pangan di meja makan atau food waste mencapai Rp 551 triliun setiap tahunnya.
Karena itu, upaya pengendalian food lose and food waste menjadi salah satu strategi pemerintah untuk menekan jumlah timbunan sampah.
"Dan mencegah risiko kehilangan ekonomi hingga Rp 551 triliun per tahun," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa di pembukaan acara Green Economy Expo 2024 di JCC Senayan, Jakarta, hari ini, Rabu (3/7/2024).
Dia mengatakan, pemanfaatan sisa pangan yang masih layak konsumsi juga dapat memenuhi kebutuhan energi setidaknya sebanyak 62 persen dari total penduduk yang kekurangan energi.
"Pengelolaan susut dan sisa pangan juga berkontribusi pada penurunan emisi hingga 1.702 metik ton karbondioksida ekuivalen atau 7,3 persen dari total emisi gas rumah kaca Indonesia tahun 2019," jelas dia.
Suharso menyebut pentingnya ekonomi sirkular sebagai perwujudan dari ekonomi hijau.
Ekonomi ini mendorong penerapan refuse, rethink, rejuce, reuse, repair, refurbish, remanufacture, reporpose, recycle dan recover yang mencakup intervensi di seluruh value change.
Baca juga: Soal Food Waste, Indonesia Peringkat Kedua di Dunia, FAO Bagikan Saran untuk Restoran
Dia bilang, penerapan ekonomi sirkular pada 5 prioritas yaitu pangan, elektronik, kemasan plastik, konstruksi dan tekstil akan memberikan manfaat peningkatan produk domestik bruto (PDB) hingga Rp 638 triliun pada 2030.
Baca juga: Sampah Jadi Persoalan Serius di Bogor, Warga Diingatkan Soal Pengelolaan dan Ekonomi Sirkular
"Penciptaan 4,4 juta lapangan kerja hijau dengan 75 persen merupakan tenaga kerja perempuan, pengurangan timbunan limbah hingga 52 persen dibandingkan business as usual pada 2030 dan kontribusi pada penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 126 juta ton CO2," ungkapnya.
Green Economy Expo 2024 diselenggarakan selama tiga hari mulai Rabu hingga Jumat, 3-5 Juli 2024 da merupakan inisiatif pertama Kementerian PPN/Bappenas untuk mengumpulkan dan menjembatani seluruh pemangku kepentingan guna mendorong kolaborasi dan debottlenecking pengembangan ekosistem ekonomi sirkular dalam upaya penerapan ekonomi hijau di Indonesia.
Kegiatan ini mengangkat tema Advancing Technology, Innovation, and Circularity yang diturunkan dalam tiga tema besar, yaitu
- Circular Leap: Roadmap, Action, and Strategic Collaborations;
- Industrial Decarbonization through Circular Practices; dan
- Bioinnovation: Catalyst for Circularity.
Acara ini terselenggara atas dukungan UK Foreign, Commonwealth, and Development Office (FCDO), PT Pertamina (Persero), International Climate Initiatives (IKI) dan GIZ Indonesia, USAID SINAR, Kedutaan Besar Denmark, Kedutaan Besar Uni Eropa, UNDP dan UN-PAGE, UNDP Biofin, GGGI.
Dukungan juga datang dari PT Yokogawa Indonesia, dan The Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) dengan Low Carbon Development Indonesia (LCDI) dan Oxford Policy Management Limited (OPML) sebagai knowledge partners serta Waste4Change, WRI Indonesia, dan Reservoair sebagai Event Emission Management Partners.