Menkeu Sri Mulyani Izin Gunakan SAL Rp 100 Triliun untuk Tambal Defisit APBN 2024
Kemenkeu mengajukan penggunaan Saldo Anggaran Lebih sebesar Rp 100 triliun dari anggaran tahun 2023, untuk menutupi defisit APBN
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengajukan penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp 100 triliun dari anggaran tahun 2023, untuk menutupi defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2024 sebesar Rp 609,7 triliun.
Hal itu disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Senin (8/7/2024).
Baca juga: Ramalan Menkeu Sri Mulyani soal APBN 2024: Ditutup Defisit Makin Bengkak Jadi 2,70 Persen dari PDB
"Kami memperkirakan bahwa pembiayaan anggaran untuk membiayai defisit Rp 609,7 triliun, yaitu tambah Rp 80,8 triliun akan dibiayai melalui tambahan penggunaan SAL Rp 100 triliun dan penerbitan SBN tetap lebih rendah," kata Sri Mulyani.
Diketahui, penggunaan SAL dalam UU APBN 2024 adalah sebesar Rp 51 triliun. Namun kata Sri Mulyani, penambahan SAL itu dilakukan juga untuk menjaga penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) agar tetap rendah meski defisit APBN 2024 di level 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Kami juga mengajukan penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya sebesar Rp 100 triliun, untuk bisa mengurangi penerbitan surat berharga negara. Jadi meskipun defisitnya tadi naik 80 triliun dengan penggunaan soal Rp 100 triliun kita tidak menerbitkan SBN lebih banyak atau justru mengalami penurunan sebesar Rp 214 triliun," jelas dia.
Adapun Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memprediksi bahwa Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) pada akhir 2024 akan ditutup defisit sebesar 2,70 persen atau Rp 609,7 triliun dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Defisit ini lebih tinggi dibandingkan target dalam APBN 2024 yaitu sebesar 2,29 persen dari PDB.
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani: APBN Semester I 2024 Defisit Rp 77,3 Triliun
"Kami memproyeksikan APBN 2024 akan ditutup dengan defisit dari keseimbangan primer mencapai 110,8 triliun dan defisit total mencapai 69,7 triliun ini artinya terjadi kenaikan defisit dari 2,29 persen ke 2,7 persen dari GDP," kata Sri Mulyani.
Bendahara negara itu menyampaikan, defisit apbn 2024 yang lebih tinggi dari target ini didorong oleh postur belanja negara yang diperkirakan akan mengalami kenaikan.
Dia memprediksi, realisasi belanja negara tahun ini akan mencapai Rp 3.412,2 triliun atau tumbuh 9,3 persen dari tahun lalu. Sedangkan belanja pemerintah pusat dalam mencapai Rp 2.558,2 triliun atau 3,7persen di atas pagu atau 103,7 persen dan tumbuh 14,2 persen dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, realisasi pendapatan negara diperkirakan akan mencapai Rp 2802,5 triliun atau tumbuh tipis 0,7 persen. Sri Mulyani bilang, penerimaan pajak akan tercapai Rp 1.921,9 triliun atau sedikit di bawah target yaitu 96,6 persen.
Baca juga: Lewat Realisasi APBN, Pemerintah Berkomitmen Jadikan UMKM Sebagai Tuan Rumah di Negeri Sendiri
Realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai mencapai Rp 296,5 triliun atau 92,4 persen dari target tumbuh 3,5 persen. Adapun Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) akan tercapai Rp 549,1 triliun atau di atas target 111,6 persen dari target APBN.
"Atau dalam hal ini tetap tumbuh negatif 10,4 persen karena tahun lalu memang PNBP sangat-sangat sangat tinggi," tegasnya.
Terakhir, Sri Mulyani menegaskan bahwa penerimaan hibah akan mengalami lonjakan disebabkan penyelenggaraan Pilkada. Nantinya, akan ada penerimaan hibah Rp 34,9 triliun.
"Yaitu untuk penyelenggaraan Pilkada dalam hal KPU akan mendapatkan hibah dari daerah. Sehingga memang tercatatnya seperti penerimaan hibah yang cukup signifikan," papar dia.