Tanam Sayur Organik di Lahan Tidur Bisa Menghemat Uang Belanja Hingga Rp 300 Ribu
pertanian sayur organik skala pekarangan menjadi jalan kemandirian kelompok. Semua berawal dari pola pikir, perempuan harus di depan.
Penulis: willy Widianto
Editor: Wahyu Aji
Pada awalnya, Tri menanam aneka sayuran daun. Mulai dari kangkung dan bayam. Kangkung bisa panen dalam waktu satu bulan.
Ia menanam di lahan tidur yang lama tidak dimanfaatkan selain itu ia juga menanam di rumahnya sebagai hobi.
“Pertanian organik ini yang paling susah saat mengembalikan tanah yang sudah keras. Kami mencangkul sendiri,” kata Tri.
Tanah yang sudah biasa menerima asupan pupuk kimia sintetis perlu digemburkan lagi. Setelah dicangkul, disebar pupuk kandang dan kompos hingga siap ditanami.
Panen pertama di lahan ukuran 30x40m tersebut dihadiri oleh Ibu Walikota Prabumulih. Hal ini memberi semangat bagi anggota yang lain untuk lebih aktif. Apalagi setelah tahu, dari hasil bertanam sayuran organik ini bisa memberi pendapatan tambahan.
“Kami bagikan hasil panen ke anggota. Kami juga sampaikan, kalau kita menanam sayuran, kita bisa menghemat Rp 200-300 ribu/minggu,” terang Tri.
Ia mendapatkan angka tersebut dari pengalaman mencatat. Juga dari penelitian S2 yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa di KWT Kemuning.
Selain memberikan pendapatan untuk anggota, KWT Kemuning juga menjadi tempat belajar dan penelitian bagi mahasiswa.
Selain menghemat, KWT Kemuning juga mendapatkan penghasilan dari menjual sayuran. Dalam sekali panen, KWT Kemuning bisa menghasilkan Rp 800 ribu untuk menjual aneka sayuran ke warung-warung. Kali ini tak hanya kangkung dan bayam, tapi sudah beragam mulai kacang panjang, terong hingga bawang merah.
Khusus untuk bawang merah, menjadi keberhasilan lain.
Awalnya dikira bawang merah hanya tumbuh di dataran tinggi. Tapi di desa yang ketinggiannya hanya 70 mdpl, bawang merah yang ditanam di polybag berbuah lebat dan besar-besar. Pupuknya pun dengan pupuk organik.
“Dengan pupuk kimia sintetis tidak kalah. Yang penting dapat panas penuh,” kata Tri.
Dari keberhasilan ini, akhirnya KWT Kemuning mulai memperluas lahan. Tak jauh dari lahan pertama, ada lahan tidur yang sudah siap tanam.
Baca juga: Baru Pulang Sebagai Pendamping Haji, dr Bella Tewas Kecelakaan di Tol Indralaya-Prabumulih
Selain sayuran, ada juga produk dari tanaman obat yang ditanam tumpang sari dengan sayuran. Tanaman obat ini diolah menjadi minuman instan dan jamu. Produknya sudah mendapatkan IPRT yang diurus sendiri oleh anggota KWT.