Pasar Cermati Ketegangan di Timur Tengah, Rupiah Menguat ke Level Rp16.200
Selain ketegangan di Timur Tengah, pelemahan dolar AS juga disebabkan terlambatnya pemotongan suku bunga pada September mendatang oleh The Fed
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup pada level Rp 16.200 di akhir perdagangan Jumat (2/8/2024). Turut disebabkan ketengan di Timur Tengah, pasca pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, tewas dibunuh di Teheran, Iran.
Ekonom Ibrahim Assuaibi menyampaikan, pasar berhati-hati mencermati perkembangan di Timur Tengah, di mana pembunuhan para pemimpin senior kelompok militan yang berpihak pada Iran, Hamas dan Hizbullah, memicu kekhawatiran bahwa kawasan itu bisa berada di ambang perang habis-habisan.
"Ini mengancam akan mengganggu pasokan minyak mentah dan jalur transportasi di selat Hormutz," tutur Ibrahim dalam keterangannya, Jumat (2/8/2024).
Baca juga: IHSG Berakhir Menguat ke 7.325, Nilai Tukar Rupiah di Level Rp 16.237 per Dolar AS
Hari ini nilai tukar rupiah menguat 0,23 persen dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 16.237 per dolar AS. Dalam sepekan, rupiah spot menuat 0,62 persen dari akhir pekan lalu yang ada di level Rp 16.301 per dolar AS.
Selain ketegangan di Timur Tengah, pelemahan dolar AS juga disebabkan terlambatnya pemotongan suku bunga pada September mendatang oleh Bank Sentral AS.
"Berpotensi terlambat bagi ekonomi untuk mencapai soft landing," kata Ibrahim.
Faktor dari dalam negeri, menurut Ibrahim, mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan kondisi deflasi atau menurunnya harga barang-barang yang terjadi dalam 3 bulan berturut-turut tidak dapat disimpulkan sebagai penurunan daya beli masyarakat pada pertengahan tahun ini.
Deflasi pada Juli 2024 terjadi karena penurunan harga komoditas pangan, mulai dari bawang merah hingga daging ayam ras, akibat pasokan yang cukup di pasar.
Menurut hukum penawaran dan permintaan, ketika suplai melimpah dan permintaan tetap, harga akan turun. Pada Juli 2024, terjadi deflasi bulanan sebesar -0,18 persen.
Ini melanjutkan tren deflasi yang terjadi pada dua bulan sebelumnya, yaitu -0,08 persen pada Juni 2024 dan -0,03 persen pada Mei 2024.
Komoditas utama penyumbang deflasi antara lain bawang merah (-0,11 persen), cabai merah (-0,09 persen), tomat (-0,07 persen), dan daging ayam ras (-0,04 persen).