Saham-saham Big Caps Longsor, IHSG Ditutup Terjun ke Level 7.059,65
Pemicu pelemahan indeks yakni ancaman resesi yang akan terjadi di Amerika Serikat serta meningkatkan angka pengangguran.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup amblas hampir 4 persen pada perdagangan Senin (5/8/2024).
IHSG melemah 3,40 persen atau kehilangan 248,46 basis poin ke level 7.059,65.
Sebanyak 592 saham berada di zona merah, hanya 62 saham yang harganya naik, dan sisanya 134 saham stagnan.
Total transaksi harian tercatat Rp14,25 triliun dari adanya 24,94 miliar saham yang diperdagangkan.
Baca juga: IHSG Pagi Terkoreksi, Nilai Tukar Rupiah Menguat di Posisi Rp 16.162 per Dolar AS
Kapitalisasi pasar atau market caps pada hari ini menyusuy berada di angka Rp11.998 triliun.
Sejumlah saham berkapitalitasi jumbo mengalami kontraksi sangat dalam perdagangan awal pekan ini.
Paling tidak 12 saham big caps yang mengalami koreksi antara lain BBRI, BBCA, BMRI, ASII, ADRO, AMMN, BBNI, TLKM, GOTO, BREN, BRPT, dan UNTR.
Indeks sektoral juga mengalami tekanan sangat dalam, seluruh sektor daham anjlok.
Sektor saham energi melemah paling besar yakni 4,94 persen disusul sektor saham bahan baku 4,69 persen.
Pasar saham sejak dibuja tadi pagi sudah mengalami kontraksi sejalan dengan bursa Asia dan global.
Pemicu pelemahan indeks yakni ancaman resesi yang akan terjadi di Amerika Serikat serta meningkatkan angka pengangguran.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan terhadap kondisi pelemahan IHSG.
Menurutnya, pergerakan bursa selalu fluktuatif dari hari ke hari.
"IHSG nanti kita lihat saja sebab itu dailynya fluktuasi, kita tidak perlu khawatir," kata Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (5/8/2024).
Menko Airlangga mengatakan pemerintah masih dalam sikap mencermati kondisi sekalifus berharap tingkat suku bunga acuan akan bisa turun pada Kuartal IV-2024.
"Kita terus monitor terkait US tentu kita berharap tingkat suku bunga US di kuartal IV bisa turun walau belum ada yang bisa jamin," paparnya.