Mayoritas Saham di Bursa Asia Anjlok Terseret Kisruh Darurat Militer Korsel
Selama 24 jam terakhir Indeks Kospi turun sebanyak 2,3 persen setelah aset-aset yang berhubungan dengan Korea Selatan anjlok tajam.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL – Perdagangan saham di bursa Asia mengalami koreksi, anjlok ke level terendah imbas ketidakstabilan politik yang terjadi di Korea Selatan setelah Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol mengumumkan darurat militer.
Mengutip dari AP News, selama 24 jam terakhir Indeks Kospi turun sebanyak 2,3 persen setelah aset-aset yang berhubungan dengan Korea Selatan anjlok tajam, diantaranya seperti saham produsen chip Samsung Electronics melemah 1,31 persen sementara produsen baterai LG Energy Solution ringsek 2,64 persen.
Kemerosotan ini lantas memicu pergerakan negatif bagi Indeks MSCI Asia Pasifik hingga terseret turun 0,5 persen, disusul penurunan Indeks Nikkei 225 Jepang yang melemah 0,4 persen ke posisi 39.077,04.
Sedangkan Shanghai Composite turun 0,1 persen menjadi 3.375,20 kemudian indeks S&P/ASX 200 Australia amblas 0,5 persen menjadi 8.454,10, pada perdagangan Rabu (4/12/2024).
Rapor merah di bursa saham Asia terjadi usai Presiden Yoon Suk Yeol secara tiba-tiba mengumumkan status darurat militer disertai dengan pengerahan pasukan yang mengepung gedung parlemen, langkah ini dilakukan karena munculnya isu kudeta dari kelompok pro-Korea Utara.
Baca juga: Sosok Wanita yang Coba Rebut Senjata Api Tentara saat Geger Darurat Militer di Korea Selatan
Namun belakangan terkuak alasan presiden Yoon memberlakukan status darurat militer lantaran adanya perselisihan antara presiden Yoon dan parlemen yang dikendalikan oposisi mengenai anggaran dan tindakan lainnya, bukan karena ancaman eksternal.
Dalam pidatonya pada malam Selasa, presiden Yoon menceritakan upaya oposisi yang mencoba menggulingkan pemerintahannya, sebelum ia mengumumkan darurat militer untuk "menghancurkan kekuatan anti-negara yang telah merusak".
Namun, para politikus Korea Selatan menyebutkan deklarasi Yoon Suk Yeol ilegal dan tidak konstitusional. Pemimpin partai Yoon Suk Yeol, Partai Kekuatan Rakyat yang konservatif, menyebutkan langkah Yoon Suk Yeol adalah "langkah yang salah".
Sementara itu, pemimpin partai oposisi terbesar, Lee Jae-myung dari Partai Demokrat, menyerukan anggotanya untuk berkumpul di parlemen dan menggagalkan deklarasi darurat militer. Mereka mendesak Yoon Suk Yeol untuk segera mencabut perintah darurat militer.
Meski darurat militer tersebut dicabut setelah enam jam diumumkan, namun hal tersebut telah memicu kisruh politik di Korea Selatan hingga berdampak besar terhadap pasar keuangan di Asia.
"Kami memperkirakan akan ada sedikit volatilitas hari ini. Dalam jangka pendek, ini akan menjadi peluang beli. Dalam jangka panjang, masalah diskon Korea akan terus berlanjut dan menjadi penghambat pertumbuhan,” kata Jung In Yun, kepala eksekutif di Fibonacci Asset Management Global Pte.
Ketidakpastian seputar ekonomi utama ini meningkatkan kewaspadaan di kalangan para investor di Asia, di saat kembalinya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) dalam waktu dekat dan pelemahan ekonomi Tiongkok telah melukai sentimen pasar global.