Investor Migas Lebih Pilih Afrika Dibanding Indonesia, Menteri ESDM: Kita Tidak Boleh Terlalu Kaku
Pemerintah Indonesia berencana membentuk satuan tugas (task force) untuk memperbaiki iklim investasi di sektor hulu minyak dan gas bumi.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif merespon soal investor-investor atau Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sektor minyak dan gas bumi (migas), yang memilih untuk berinvestasi di Afrika dibandingkan Indonesia.
Arifin menekankan, pentingnya pembenahan dari dalam untuk memperbaiki aturan-aturan yang ada sehingga bisa menarik investasi, dan Indonesia tidak kalah bersaing dengan negara lain.
"Kita tidak boleh terlalu kaku. Kita harus realistis," ujar Arifin di Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat (9/8/2024).
Baca juga: Kado HUT ke-79 RI, Kementerian ESDM dan Exxon Resmikan Minyak Perdana Banyu Urip Infill Clastic
Sebaiknya, tawaran-tawaran yang diberikan kepada investor lebih fleksibel. Skema-skema yang ditawarkan juga harus dilihat dari tingkat kesulitan yang ada.
"Kita lebih bagus fleksibel. Mana yang bisa, mana yang ini. Jadi tergantung dari tingkat kemudahan dan kesulitan di lapangannya," terang Arifin.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia berencana membentuk satuan tugas (task force) untuk memperbaiki iklim investasi di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa langkah ini bertujuan untuk menyederhanakan perizinan, memperbaiki kontrak, serta meningkatkan bagi hasil yang lebih menarik bagi investor.
Luhut juga mengakui bahwa Indonesia tertinggal dari Afrika dalam hal menarik investasi di sektor hulu migas, dengan Afrika menawarkan skema bagi hasil yang lebih kompetitif.
Menurut Luhut, Indonesia harus lebih jeli dalam melihat persaingan global dan menyesuaikan strategi untuk menarik investor kembali ke Tanah Air.