Jeda Siang, IHSG Menguat ke Level 7.343 Ditopang Sektor Saham Konsumer
IHSG membukukan transaksi Rp4,35 triliun dari adanya penjualan 8,6 miliar saham dan frekuensi perpindahan tangan 596.022 kali.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,62 persen atau naik 45,52 poin ke level 7.343 pada jeda perdagangan Selasa (13/8/2024).
Indeks komposit betah berada di zona hijau sejak dibuka dengan rentang 7.286-7.366.
Sebanyak 309 saham harganya naik, 214 saham harganya turun, dan 246 saham stagnan.
Baca juga: IHSG Ditutup Menguat ke Level 7.297, Nilai Tukar Rupiah Melemah
IHSG membukukan transaksi Rp4,35 triliun dari adanya penjualan 8,6 miliar saham dan frekuensi perpindahan tangan 596.022 kali.
Total nilai kapitalisasi pasar yang ditorehkan hingga siang ini mencapai Rp12.475 triliun.
Melihat indeks sektoral ada 10 sektor saham yang menguat dipimpin konsumer siklikal sebesar 2,73 persen, energi 1,84 persen, transportasi logistik 1,74 persen, dan infrastruktur 1,07 persen.
Sisanya sektor saham menguat di bawah satu persen, hanya sektor industri yang mengalami koreksi 0,24 persen.
Tiga saham tercatat paling banyak ditransaksikan siang ini antara lain PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) sebanyak 21.755 kali, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) sebanyak 15.243 kali, dan PT Era Media Sejahtera Tbk (DOOH) sebanyak 14,005 kali.
Phintraco Sekuritas memberikan beberapa catatan yang menjadi sentimen penguatan IHSG yakni dari eksternal, pasar mengantisipasi data inflasi produsen (Producer Price Index) yang diperkirakan melambat ke 0.1 persen mom di Juli 2024 dari 0.2 persen yoy di Juni 2024.
Baca juga: IHSG Jeda Siang Menguat ke Level 7.237 Ditopang Saham AMMN dan BBRI
Data eksternal lain yang diantisipasi adalah penurunan ZEW Economic Sentiment Index di Euro Area dan Jerman di Agustus 2024 dan perkiraan kenaikan tingkat pengangguran di Inggris ke 4.5 persen di Juni 2024 dari 4.4 persen di Mei 2024.
"Dari domestik pasar menantikan data Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) Juli 2024 yang diperkirakan Kembali catatkan surplus. Nilai ekspor diperkirakan lebih baik di Juli 2024 sejalan dengan pertumbuhan nilai impor Tiongkok yang jauh lebih tinggi dari ekspektasi di Juli 2024," tulis tim riset.