Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Penggunaan Kendaraan Listrik Melonjak, Negara ASEAN Didorong Berkolaborasi Pengembangan Baterai

Tren ini menyebabkan adanya hal-hal yang harus diperhatikan seperti diantaranya adalah pengamanan pasokan bahan baku sebagai komponen baterai

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Penggunaan Kendaraan Listrik Melonjak, Negara ASEAN Didorong Berkolaborasi Pengembangan Baterai
screenshot
Indonesia Battery Corporation mengajak kolaborasi pengembangan Industri Baterai Regional Asean dalam 2nd ASEAN Battery and Electric Vehicle Technology Conference. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penggunaan kendaraan listrik (EV) pada saat ini terus mengalami peningkatan yang signifikan.

Hal ini tentunya selaras dengan peningkatan produksi baterai EV yang diproyeksikan mencapai 8,8 ribu GWh pada tahun 2040.

Tren ini menyebabkan adanya hal-hal yang harus diperhatikan seperti diantaranya adalah pengamanan pasokan bahan baku sebagai komponen pembentuk baterai.

Baca juga: Hadiri Indonesia Insurance Summit 2024, Dirut Jasa Raharja Dorong Kolaborasi Sektor Asuransi

Sehubungan dengan ketersediaan bahan baku sebagai komponen pembentuk baterai, berbagai ASEAN, termasuk Indonesia, memiliki posisi yang kuat dalam hal potensi bahan baku sebagai komponen pembentuk baterai seperti nikel, bauksit dan timah.

Direktur Hubungan Kelembagaan Indonesia Battery Corporation, Reynaldi Istanto, menyatakan potensi ini adalah potensi regional yang dapat dikembangkan bersama melalui kolaborasi.

"Sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi teknologi, serta berkontribusi pada transisi global menuju solusi energi yang berkelanjutan," tutur Reynaldi dikutip Senin (26/8/2024).

Ia menyebut, terdapat fokus keberlanjutan yang perlu diperhatikan untuk mendukung implementasi kerjasama regional dimaksud.

Berita Rekomendasi

Pertama, bidang industri yang berfokus pada pengembangan berdasarkan potensi terkuat ASEAN yaitu bahan baterai berbasis nikel.

Kedua, bidang rantai pasokan yang berfokus pada pengembangan hilirisasi bahan baku dan produksi bersama bahan baterai lainnya.

Ketiga, bidang bisnis yang berfokus pada pengembangan industri baterai terintegrasi mulai dari penambangan, peleburan/pemurnian, PCAM, baterai, hingga fasilitas manufaktur EV.

Sejalan dengan hal tersebut, kata Reynaldi, Indonesia memiliki komitmen kuat untuk mengembangkan proses produksi industri baterai yang terintegrasi, dari hulu ke hilir, untuk nikel dan pengolahan material baterai penting lainnya.

Baca juga: Mitsubishi Ajak Nissan dan Honda Bikin Aliansi Mobil Listrik

Oleh karena itu, Indonesia Battery Corporation (IBC) didirikan pada 2021 untuk menjadi pemain kunci pada pengolahan hilir bahan baku baterai, dimulai dengan nikel yang kemudian akan merambah ke pengolahan material lainnya seperti mangan dan kobalt.

"Posisi IBC pada tahun 2030 diproyeksikan menjadi perusahaan yang bergerak pada ekosistem EV dan baterai global," paparnya.

Lebih lanjut Ia mengatakan, untuk membangun ekosistem rantai terintegrasi ini, IBC telah membentuk berbagai kolaborasi dengan mitra global dan tetap terbuka untuk kemitraan lebih lanjut dengan pemain ASEAN.

"Kolaborasi ini sangat penting untuk memperkuat ekosistem EV regional," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas