Risalah The Fed Jelang Sidang Jackson Hole Picu Dampak Positif, Wall Street Hingga IHSG Meroket
Proyeksi ini diungkap setelah apa yang disebut indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti naik 0,2 persen dari Juni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Jelang Bank Sentral AS (The Fed) menggelar sidang Jackson Hole, pasar global optimis apabila ketua Bank Sentral Jerome Powell bakal memberikan isyarat untuk memangkas suku bunga pada bulan September 2024.
Proyeksi ini diungkap setelah apa yang disebut indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti naik 0,2 persen dari Juni, menurut data Biro Analisis Ekonomi.
Tak hanya itu, indeks inflasi AS juga kembali ke target The Fed yakni bertengger ke level 2 persen, setelah bulan sebelumnya inflasi AS terus-menerus melesat di atas target.
Baca juga: IHSG Hari Ini Berpotensi Menguji di Area 7.421-7.567, Cek Rekomendasi Saham Hari Ini
"Pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan mencapai sekitar 1,5 persen hingga 2 persen untuk sisa tahun ini. Saya tidak melihat kita jatuh ke dalam resesi selama beberapa kuartal ke depan," Musalem dalam pidatonya di Louisville, Kentucky, sebagaimana dikutip dari Bloomberg.
“Oleh karena itu, waktunya mungkin semakin dekat ketika penyesuaian terhadap kebijakan yang cukup restriktif mungkin terasa tepat menjelang pertemuan mendatang,” imbuhnya.
Hal senada juga dilontarkan dua pejabat Federal Reserve, yang mengungkap rencana bos The Fed yang akan menurunkan suku bunga sebesar 0,25 persen atau sekitar 50 bps pada pertemuan Jackson Hole di tanggal 17-18 September
Sementara Gubernur Federal Reserve Bank of St. Louis, Alberto Musalem, menyatakan bahwa saat ini sudah waktunya bagi bank sentral AS The Fed untuk menurunkan suku bunga. Pernyataan ini yang membuat pasar global optimis bahwa di pertemuan September mendatang The Fed akan memangkas suku bunga ke level terendah.
Pasca rencana pemangkasan suku bunga dilontarkan para pejabat The Fed, pasar mulai memberikan respon positif, berikut dampak Risalah The Fed Jelang Sidang Jackson Hole.
Wall Street Rebound
Dikutip dari Yahoo Finance, Indeks komposit Dow Jones Industrial Avarege (DJIA) mengalami kenaikan point, melesat ke level tertinggi sepanjang masa sebesar 0,55 persen menuju ke level 41.563 pada penutupan perdagangan Sabtu (31/7/2024).
Baca juga: IHSG Sesi I Masih Menguat Meyakinkan, Nilai Transaksi Sentuh Rp 8,5 Triliun
Rebound juga terjadi pada Indeks komposit Nasdaq yang naik 1,13 persen berada pada level 17.713. Kemudian indeks komposit S&P500 melesat 1,01 persen dengan berada pada level 5684.
Respon positif ini terjadi setelah pasar uang memperkirakan penurunan suku bunga pertama sebesar 25 basis poin oleh The Fed pada pertemuan September, dengan kemungkinan 33 persen untuk pemotongan 50 basis poin.
Saham Asia Menguat
Serupa dengan pergerakan saham bursa AS Wall Street, bursa Asia juga ditutup naik pada perdagangan akhir pekan kemarin. Misalnya saham Shenzhen Comp. (China), dan Hang Seng (Hong Kong), memimpin penguatan dengan melesat 3,21 persen dan 2,04 persen.
Disusul oleh, CSI 300 (China), Shanghai Composite (China), KOSPI (Korea Selatan), Straits Time (Singapura), SETI (Thailand), TW Weighted Index (Taiwan), dan KLCI (Malaysia), yang masing-masing berhasil menguat 2,01 persen, 1,37 persen, 0,84 persen, 0,68 persen, 0,34 persen, 0,31 persen, dan 0,30 persen.
Kemudian Bursa Saham Asia lainnya juga kompak menapaki jalur hijau, diantaranya i.a Topix Jepang mencapai 0,28 persen, PSEI Filipina melesat 0,24 persen, dan Nikkei 225 (Tokyo) naik 0,20 persen.
IHSG Menguat
Mengutip dari Bloomberg, dampak lain yang ditimbulkan pemangkasan suku bunga The Fed yakni membuat prospek IHGS menguat, di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) akhir pekan dengan kenaikan sekitar 0,57 persen atau 43,13 poin ke level 7.670,73.
Adapun penguatan IHSG terjadi akibat dipengaruhi oleh rilis Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Selain itu, sentimen positif juga datang dari pergerakan harga komoditas dunia dan semakin besarnya kemungkinan adanya penurunan suku bunga Fed pada September 2024.