Dukung Ketahanan Energi, Indonesia Berpeluang Kuasai Bisnis Biofuel
Indonesia berpeluang menjadi penguasa bahan bakar nabati (BBN) dalam beberapa tahun ke depan, seperti biofuel.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia berpeluang menjadi penguasa bahan bakar nabati (BBN) dalam beberapa tahun ke depan, seperti biofuel untuk mempercepat transisi energi sekaligus mempertahankan ketahanan dan kemandirian energi.
Di tengah konflik geopolitik global, isu perubahan iklim dan ketidakpastian ke depan, telah memunculkan isu ketahanan energi di tengah akselerasi transisi energi menuju net zero emissions.
"Implementasi biofuel sangat berpeluang memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia karena bisa mendukung ketahanan energi, menghindari eksploitasi berlebihan Sumber Daya Alam dan menjaga kelestarian lingkungan," kata pakar Bioenergi Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja di acaraTripatra Media Forum 2024 bertajuk Menuju Era Baru Energi Bersih: Biofuel dan Transisi Energi di Jakarta belum lama ini.
Biofuel merupakan bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan nabati.
Bahan bakar ini dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian dan dapat dihasilkan dari tanaman non pangan, limbah pertanian dan residu yang tidak dapat dikonsumsi manusia dengan menggunakan teknologi maju.
"Bagi bangsa Indonesia, transisi ke arah bioekonomi ini sangat menguntungkan karena selain berwilayah luas, Indonesia juga merupakan negara berlaju fotosintesis dengan produksi primer netto bahan nabati tertinggi dan tidak seperti bahan lain yang tak terbaharui dan biofuel dapat diproduksi terus-menerus karena kita selalu dapat menanam lebih banyak tanaman untuk menjadi bahan bakar," katanya.
Terlebih lagi komunitas ilmuwan telah menemukan tingkat produktivitas tanaman nabati yang lebih tinggi dapat menangani beberapa masalah deforestasi yang erat kaitannya dengan biofuel dan bahan baku nabati seperti minyak kelapa sawit dapat digunakan untuk menghasilkan biofuel melalui metode konvensional dan lanjutan tergantung dari keadaannya.
"Minyak kelapa sawit yang memiliki hasil panen tertinggi di antara tanaman nabati lainnya diyakini menjadi bahan baku paling ekonomis untuk biodiesel dan siklus hidup pohon kelapa sawit 30 tahun juga berarti nilai penyerapan karbon yang dilepaskan ke atmosfer tinggi," katanya.
Baca juga: Pengembangan Biofuel Terus Didorong Agar Jadi Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil
Secara umum, kata Tatang, biofuel merupakan bahan bakar dari biomassa atau materi yang berasal dari tumbuhan dan hewan dan menjadi alternatif untuk bahan bakar konvensional yang digunakan untuk menyalakan mesin kendaraan.
"Namun sebenarnya, biofuel dapat dimanfaatkan untuk semua kebutuhan energi manusia seperti transportasi baik mobil, bus, sepeda motor, kereta api, pesawat terbang dan kendaraan air), pembangkit listrik, atau Kebutuhan rumah tangga," ujarnya.
Baca juga: Indonesia-Jepang Bahas Biofuel untuk Menuju Netralitas Karbon Sektor Otomotif
Dia menjelaskan, bahan-bahan mentah produksi Bahan Bakar Nabati (BNN) berupa diesel biohidrokarbon (green diesel) dan biodiesel, Avtur biohidrokarbon (bioavtur) serta bensin nabati (green gasoline) atau biogasoline.
"Tidak seperti bahan bakar fosil, biofuel sebagai sumber daya energi dapat diadakan di seluruh pelosok negeri melalui pembudidayaan tumbuh-tumbuhan sebagai sumber energi alternatif yang aman dan terbarukan,” kata Tatang.