Aturan Restriksi Impor Tak Sampai Hambat Kinerja Industri Manufaktur
Kinerja industri manufaktur diyakini tidak terpengaruh dengan adanya kebijakan restriksi impor.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memastikan kinerja industri manufaktur tak terpengaruh dengan adanya kebijakan restriksi impor.
Diketahui, ada anggapan bahwa industri manufaktur di Tanah Air sedang melemah lantaran adanya kebijakan restriksi impor yang masih cukup ketat beberapa komoditas dan produk, seperti bahan baku untuk sejumlah industri.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, aturan restriksi impor yang dilakukan pemerintah justru lebih ditujukan untuk barang-barang jadi.
"Kalau sebuah negara meng-imposed restriksi impor, itu artinya upaya mereka, upaya negara tersebut untuk memberikan affirmative action untuk melindungi industri dalam negerinya," ucap Menperin saat ditemui di Jakarta, Rabu (9/10/2024).
"Jadi restriksi import tidak melulu salah. Tapi kebijakan yang dilakukan di Kementerian Perindustrian yang kita imposed restriksi impor-nya itu adalah barang-barang jadi, seperti pakaian, sepatu. Kami tidak pernah punya kebijakan untuk restriksi bahan baku," sambungnya.
Menperin Agus Gumiwang juga kurang setuju terkait adanya anggapan bahwa perekonomian Indonesia tak sepenuhnya berasal dari kontribusi dari ekspor komoditas seperti sawit dan batubara.
Menurutnya, ekonomi nasional juga didukung oleh kinerja industri seperti program hilirisasi barang mentah atau raw material.
Sebagai contoh, industri sawit Indonesia tercatat dapat menghasilkan lebih dari 179 produk hilir.
Mengutip situs Kementerian Keuangan (Kemenkeu) selain produk utama minyak kelapa sawit dan inti sawit yang dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan, hilirisasi sawit juga telah menghasilkan produk turunan.
Baca juga: Curhat UMKM Ekspor Terkait Aturan Pembatasan Impor Cross Border di Atas 100 Dolar AS
Yakni seperti kosmetik, pakaian, pasta gigi, lemak cokelat, fatty acid, surfactant, hingga biodesel yang meningkatkan nilai tambah perekonomian dan daya saing global.
Sebagai informasi, hilirisasi merupakan proses atau strategi suatu negara untuk meningkatkan nilai tambah komoditas yang dimiliki. Dengan hilirisasi, komoditas yang tadinya diekspor dalam bentuk mentah menjadi barang setengah jadi atau jadi.
Baca juga: Aprindo Keluhkan Pembatasan Impor, Bisa Matikan Industri Ritel
Selain pengunaan dalam negeri, saat ini produk kelapa sawit juga telah diekspor ke lebih 160 negara.
"Bahwa khusus untuk komoditas kelapa sawit itu Indonesia ketergantungannya terhadap fluktuasi harga komoditas kelapa sawit itu enggak terlalu besar," ucap Agus.
"Karena apa? Karena hilirisasi, industrialisasi. Hilirisasi itu sebetulnya industrialisasi sama. Textbooknya sama. Karena industrialisasi di sektor kelapa sawit itu sudah dalam sekali," pungkasnya.