Harga Minyak Dunia Ambles Lagi, WTI Turun Jadi 70,19 Dolar AS Imbas Konflik Geopolitik Timur Tengah
Harga minyak mentah Brent turun sebesar 58 sen atau 0,8 persen menjadi 74,38 dolar AS per barel.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Harga minyak dunia di perdagangan pasar global kembali merosot, turun hampir 1 persen dalam perdagangan yang bergejolak pada Jumat (25/10/2024).
Mengutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent turun sebesar 58 sen atau 0,8 persen menjadi 74,38 dolar AS per barel, penurunan serupa juga terjadi pada reli minyak West Texas Intermediate (WTI) AS yang amblas 58 sen atau 0,8 persen menjadi 70,19 dolar AS per barel.
Penurunan tersebut memperparah kemerosotan pasar minyak usai dua hari berturut-turut melemah ke level terendah, hingga dalam sepekan futures minyak melemah 0,8 persen, sedangkan dalam sebulan terdepresiasi 0,57 persen.
Kontraksi pada pasar minyak terjadi akibat reli minyak terbebani sejumlah faktor, diantaranya konflik geopolitik Timur Tengah yang semakin memanas, memicu kekhawatiran investor terkait adanya risiko gangguan pasokan minyak dan ketidakpastian menjelang pemilihan presiden AS pada 5 November.
Baca juga: Minyak Dunia Rebound, Brent Dibanderol Naik 74.50 Dolar AS Per Barel Imbas Sentimen Timur Tengah
"Harga energi terus bergerak naik turun seiring premi risiko Timur Tengah meningkat dan menurun hampir setiap hari," kata analis di firma penasihat energi Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.
Sebelum mengalami kemerosotan, harga minyak dunia dalam sesi awal perdagangan pekan ini sempat melonjak lebih dari 8 persen dolar AS setelah Iran menembakkan rudal ke Israel pada 1 Oktober,.
Namun pada 4 Oktober harga minyak di pasar global kembali anjlok karena kekhawatiran investor akan ancaman Israel yang akan menyerang infrastruktur minyak Iran. Ketegangan ini membuat minyak turun sekitar 8 persen dalam pekan yang berakhir pada perdagangan 18 Oktober.
Para investor khawatir apabila eskalasi perang regional akan mengganggu pasokan minyak mentah di Timur Tengah. Ini lantaran Iran merupakan anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memproduksi minyak utama di kawasan tersebut dengan total produksi sekitar 4,0 juta barel minyak mentah per hari.
Tak hanya itu Iran juga dinobatkan sebagai produsen minyak mentah terbesar ke-3 di dunia dengan total produksi sebesar 3,7 juta barel per hari pada Agustus, naik ke level tertinggi dalam enam tahun terakhir.
Alasan ini yang mendorong investor melakukan wait and see, cenderung berhati-hati menjelang pemilu AS pada 5 November hingga harga minyak dunia meroket tajam di akhir perdagangan hari ini.
"Volatilitas dari peristiwa seperti pemilu dan geopolitik di seluruh dunia cenderung menambah ketidakpastian pasar, tetapi biasanya tidak memiliki dampak signifikan jangka panjang terhadap pergerakan harga saham," kata presiden dan CEO Farr, Miller & Washington Michael Farr.