Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Eks Wamen ESDM: Kebutuhan Minyak Dunia Akan Terus Naik Meski Pengguna Mobil Listrik Meningkat

fossil fuel diperkirakan masih akan tetap dominan di tengah meningkatnya kampanye penggunaan energi baru terbarukan dan electric vehicle

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Sanusi
zoom-in Eks Wamen ESDM: Kebutuhan Minyak Dunia Akan Terus Naik Meski Pengguna Mobil Listrik Meningkat
Dennis Destryawan/Tribunnews.com
Wakil Menteri ESDM periode 2016-2019 Arcandra Tahar 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri ESDM periode 2016-2019 Arcandra Tahar menyampaikan energi dari fossil fuel diperkirakan masih akan tetap dominan di tengah meningkatnya kampanye penggunaan energi baru terbarukan dan electric vehicle (EV).

Arcandra memaparkan, hingga 2045, konsumsi minyak dunia diperkirakan akan naik mencapai 109-110 juta barel per hari, lebih tinggi sekitar 6-9 juta barel per hari dibandingkan konsumsi saat ini sebesar 101 juta -103 juta barel per hari.

"Ketergantungan dunia terhadap minyak bumi masih akan terus naik meskipun populasi pengguna EV meningkat. Penggunaan EV hanya akan mengurangi konsumsi minyak bumi sekitar 6 juta barel per hari," ujar Arcandra saat acara QSight, "Outlook Energi 2025 dan Kemandirian Energi Indonesia" di Jakarta, Rabu (30/10/2024).

Baca juga: Respons Menteri dan Wamen soal Arahan Prabowo Pakai Mobil Dinas Maung

Arcandra menyampaikan harga minyak ke depan tidak dapat dipastikan. Tren harga minyak akan banyak dipengaruhi oleh biaya produksi dan kepentingan bisnis dari masing-masing produsen utama minyak bumi dunia yaitu Amerika Serikat (AS), Arab Saudi dan Rusia.

Atas dasar itu, Ia memperkirakan harga minyak akan berkisar antara 70 dolar AS - 90 dolar AS per barel. Menurutnya di Amerika Serikat biaya produksi minyak sekitar 50 dolar AS per barel (shale oil), karenanya harga akan dijaga diatas level 70 dolar AS per barel.

Namun demikian, Amerika juga berkepentingan agar harga minyak tidak akan melewati 100 dolar AS per barel. Karena jika harganya tinggi, maka dampak terhadap perekonomian di AS juga akan negatif.

BERITA REKOMENDASI

Sementara Arab Saudi dengan biaya produksi sekitar 10- 20 dolar AS per barel,  punya kepentingan untuk menjual harga minyak setinggi-tingginya, karena negara ini memberikan subsidi atas harga minyak di dalam negeri. Namun demikian, kepentingan Arab Saudi ini akan berkompromi dengan kebijakan di AS yang akan menjaga harga minyak dunia tetap terkendali.

Itu sebabnya, perusahaan-perusahaan minyak dunia tetap melanjutkan eksplorasi untuk menambah cadangan minyak mereka. Sebagai contoh reserve replacement ratio (RRR) Shell tahun 2022 mencapai 120 persen. Artinya, penemuan cadangan pengganti 20 persen lebih banyak dibandingkan minyak yang diproduksi.  

Baca juga: Bahas Aspek Energi Nasional dan Global, Arcandra Tahar Rilis Buku Public Interest in Energy Sector

Arcandra juga mengungkapkan bahwa negara-negara besar masih akan terus mengkonsumsi batubara sebagai sumber utama energi mereka. Seperti China, India dan Jepang yang merupakan konsumen batubara besar di dunia.

Dari total konsumsi batubara sekitar 8.000 juta ton per tahun, China mengkonsumsi lebih dari 4.200 juta ton, India sekitar 1.200 juta ton dan Jepang mencapai 175 juta ton per tahun.

“Untuk mengimbangi narasi penurunan emisi karbon, China juga membangun energi baru terbarukan seperti dari tenaga surya dan angin. Namun, volume listrik China tetap didominasi oleh batubara yang harganya tetap paling efisien. Hal yang sama juga terjadi di banyak negara lain seperti India, Jepang dan belakangan ini Vietnam,” ungkapnya. 


Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas