Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Indonesia Harus Akhiri Paradigma Ekonomi Berbasis Komoditi dan SDA

Paradigma ekonomi lama dengan ekonomi ekstraktif yang berbasis komoditi atau sumber daya alam (resource based economy) harus diakhiri.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
zoom-in Indonesia Harus Akhiri Paradigma Ekonomi Berbasis Komoditi dan SDA
Istimewa
Ketua Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo saat peringatan Ulang Tahun Aliansi Kebangsaan ke-14 tahun ini, difokuskan pada ranah tata sejahterta bertema Transformasi Perekonomian Indonesia melalui Ekonomi Pengetahuan menuju Kemakmuran  yang Inklusif di Jakarta, Selasa (29/10/2024) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Paradigma ekonomi lama dengan ekonomi ekstraktif yang berbasis komoditi atau sumber daya alam (resource based economy) harus diakhiri. 

Terperangkap dalam sistem ekonomi seperti itu membuat kita kehilangan wahana peningkatan kapabilitas belajar untuk mengolah dan mengembangkan nilai tambah potensi sumber daya alam kita.

"Belajar dari pengalaman perjuangan masa lalu, kita harus menghilangkan mindset kesejahteraan yang diperoleh dengan cara penguasaan sumber daya alam yang dapat melahirkan kolonialisme dan imperialisme," kata Ketua Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo saat peringatan Ulang Tahun Aliansi Kebangsaan ke-14 tahun ini, difokuskan pada ranah tata sejahterta bertema Transformasi Perekonomian Indonesia melalui Ekonomi Pengetahuan menuju Kemakmuran  yang Inklusif di Jakarta, Selasa (29/10/2024).

Baca juga: Ketua Aliansi Kebangsaan Dorong Penerapan Sains & Teknologi Ramah Lingkungan untuk Sektor Pertanian

Dikatakannya, Indonesia harus mengubah mindset ekonomi Indonesia dari hanya sekedar mengeksploitasi sumber daya alam menjadi mental pengolah, mental menciptakan nilai tambah, dan mental yang bisa memanfaatkan teknologi. 

Hanya dengan perubahan mindset kiranya kita bisa membangun kemandirian dan kedaulatan ekonomi serta menuju kemakmuran yang inklusif.

Berdasarkan perubahan paradigma ini, maka national power, kedayasaingan, kemakmuran sebuah bangsa, tidak lagi hanya ditentukan oleh endowment factor seperti sumber daya alam, iklim, letak geografi, dll, akan tetapi sangat ditentukan oleh advanced factor seperti pengetahuan dan teknologi.

BERITA REKOMENDASI

"Kekuatan bangsa diukur dari kemampuan Iptek sebagai faktor primer ekonomi menggantikan modal, lahan dan energi untuk peningkatan daya saing dan kesejahteraan umum," katanya.

Sistem apapun yang diberlakukan oleh sebuah negara sesuai dengan karakteristik sosialnya, apakah kapitalis, sosialis, komunis, atau sistem lainnya, penguasaan pengetahuan dan teknologilah yang menjadi faktor determinan (determinant factor) bagi kemajuan bangsanya.

"Penguasaan teknologi menjadi penting bagi sebuah bangsa agar mampu berperan dan bersaing ditingkat global dan mampu bertahan dari radiasi peradaban lainnya," katanya.

Baca juga: Peringati HUT ke-12 Aliansi Kebangsaan, Ketua MPR RI Bamsoet Ajak Tebarkan Narasi Kebangsaan

Model ekonomi berbasis pengetahuan, kata dapat menstimulasi kreativitas dalam penerapan pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

"Dengan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi, kekayaan dan lingkungan alam dapat didayagunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup suatu bangsa," katanya.


Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas