Waspadai Penipuan Berkedok Jasa Pengiriman, Kenali Modus-modus Barunya
Modus penipuan yang terjadi adalah ada pelanggan yang tiba-tiba menerima telepon dari seseorang yang mengaku sebagai kurir.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berbagai modus penipuan terus berkembang dan makin beragam. Masyarakat yang tidak waspada bisa menjadi korban.
Di bisnis jasa kiriman misalnya, baru-baru ini, ada laporan adanya oknum perusahaan jasa kiriman kargo yang mengatasnamakan perwakilancabang perusahaan tersebut yang menipu pelanggannya.
Modus ini memanfaatkan identitas perusahaan guna memperdaya masyarakat agar mengirimkan uang atau informasi pribadi mereka. Kasus ini melibatkan oknum yang berpura-pura menjadi kurir atau perwakilan dari perusahaan kargo tersebut untuk memperdaya pelanggan agar mengirimkan uang atau menyerahkan informasi pribadi.
“Sebagai perusahaan yang berkomitmen pada pelayanan pelanggan, kami merasa perlu untuk memberikan informasi dan edukasi mengenai modus penipuan yang sedang marak agar masyarakat semakin waspada, Kami sangat menyarankan pelanggan untuk selalu memverifikasi kebenaran informasi dari pihak yang menghubungi mereka, terlebih jika berhubungan dengan transaksi keuangan atau data pribadi," ujar Nola, Media Relation J&T Cargo menuturkan, berdasar informasi yang diterima, ada beberapa modus penipuan yang mengacu pada dua kasus yang pernah terjadi di perusahaannya.
Modus Mengaku Sebagai Kurir
Nola menurturkan, pada kasus pertama, modus penipuan yang terjadi adalah ada pelanggan yang tiba-tiba menerima telepon dari seseorang yang mengaku sebagai kurir.
Oknum ini menyatakan bahwa pelanggan memiliki paket yang perlu dikirim, namun sistem menunjukkan ada biaya pengiriman yang perlu dibayar di muka.
Kurir yang merupakan sindikat penipu tersebut, menjelaskan bahwa pelanggan harus membayar biaya pengiriman terlebih dahulu untuk melanjutkan pengiriman.
Untuk membuktikan identitas dan keaslian paket, kurir (penipu) memberikan barcode pembayaran, tanpa melakukan verifikasi lebih lanjut, pelanggan percaya pada kata-kata kurir (penipu) dan memindai barcode tersebut untuk melakukan pembayaran.
Setelah melakukan pembayaran, paket yang dijanjikan tidak kunjung diterima, dan kurir tersebut tidak bisa lagi dihubungi. Kemudian, pelanggan baru menyadari bahwa dia mungkin telah menjadi korban penipuan, dan biaya yang telah dibayarnya tidak bisa kembali.
Di kasus kedua, seorang pelanggan menerima telepon dari oknum yang mengaku sebagai outlet pengiriman jasa kargo dan menyatakan bahwa barang yang dipesannya rusak dalam proses pengiriman, namun perusahaan akan memberikan kompensasi.
Sindikat penipu meminta pelanggan untuk memindai barcode dan memberikan informasi akun bank guna proses kompensasi. Pelanggan yang tak waspada akhirnya memasukkan informasi pribadi yang kemudian digunakan untuk mengakses dan menguras dana di rekeningnya.
Analisis Modus Penipuan:
Menurut Nola, pada dua kasus di atas, pelaku penipuan menyamar sebagai bagian dari perusahaan kargo untuk mengelabui korban, menggunakan alasan pembayaran biaya pengiriman atau pemberian kompensasi untuk meyakinkan pelanggan agar melakukan transfer atau memberikan informasi pribadi.
Ada beberapa ciri utama dari modus penipuan ini: