Percepat Bauran EBT, Pabrik Solar Panel di Kendal Jawa Tengah Produksi Listrik 1 Gigawatt Peak
Pabrik solar panel akan membawa dampak ganda, selain dapat membantu target NZE 2060 tetapi juga lapangan kerja baru.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PLN Indonesia Power (PLN IP) melalui perusahaan patungan anak usahanya akan produksi solar panel dengan kapasitas produksi listrik sebesar 1 Gigawatt Peak (GWp).
Hal ini ditandai dengan diluncurkannya pabrik solar panel terintegrasi pertama dan terbesar di Indonesia yang berlokasi di Kendal, Jawa Tengah.
Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian, Kementerian Perindustrian Yan Sibarang Tandiele mengapresiasi atas singkatnya pembangunan pabrik solar panel dalam 10 bulan, serta komitmen dalam pemenuhan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sesuai dengan aturan yang ditempatkan Pemerintah.
"Dengan beroperasinya pabrik panel surya berkapasitas 1 GWp ini akan menambah kapasitas nasional menjadi 4,7 GWp. Apresiasi juga kepada PLN yang sudah berkomitmen dalam pemanfaatan TKDN," kata Yan Sibarang dalam keterangannya, Kamis (31/10/2024).
Baca juga: Lewat PGN, Pertamina Pasok Gas Bumi untuk Dukung Pengembangan Industri Solar Panel
Senada, Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sahid Junaidi optimis atas pencapaian ini bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) akan terpenuhi sesuai dengan target.
"Pencapaian pada hari ini, menjadi bukti kemajuan sektor EBT di Indonesia, melihat pembangunannya kilat yaitu 10 bulan. Kami melihat pengembangan EBT Nasional akan semakin cerah," kata Sahid.
Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengungkapkan, melalui perusahaan patungan antara PLN Indonesia Power Renewables dengan Trina Solar Co. Ltd dan PT Dian Swastatika Sentosa yaitu PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI) telah siap memproduksi modul panel surya terintegrasi dengan teknologi mutakhir yaitu teknologi Tunnel Oxide Passivated Contact (TOPCon).
Menurutnya, dengan teknologi yang belum pernah diterapkan di industri solar panel dalam negeri tersebut, efisiensi panel surya mencapai 23,2 persen dari rata-rata efisiensi saat ini di Indonesia berkisar 20%.
"Dengan teknologi N-type Topcon yang telah memenuhi standar bankability AAA dari Bloomberg New Energy Finance (BNEF), produk yang dihasilkan memiliki efisiensi dan keandalan yang tinggi, ini membuktikan keseriusan kami dalam membangun industri EBT," ujar Edwin.
Edwin menambahkan, hadirnya pabrik solar panel ini akan membawa dampak ganda, selain tentunya dapat membantu target NZE 2060, pabrik yang berlokasi di Kawasan Industri Kendal ini dapat menciptakan lapangan kerja baru.
"Fasilitas ini dapat memberikan kontribusi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan bagi Indonesia. Pasalnya, dapat membuka lapangan kerja baru dan mendukung berkembangnya industri lokal," tuturnya.