Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Inflasi AS Melonjak 2,6 Persen, Kenaikkan Harga Pangan dan Properti Jadi Pemicunya

Laju inflasi AS selama periode Oktober 2024 mencatatkan lonjakan tajam, berbanding terbalik dengan periode sebelumnya.

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Inflasi AS Melonjak 2,6 Persen, Kenaikkan Harga Pangan dan Properti Jadi Pemicunya
Getty Images via AFP/JUSTIN SULLIVAN
Ilustrasi: Orang-orang di Amerika Serikat mengantre untuk menerima paket makanan 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Laju inflasi AS selama periode Oktober 2024 mencatatkan lonjakan tajam, berbanding terbalik dengan periode sebelumnya.

Menurut laporan Biro Statistik Tenaga Kerja AS per Oktober 2023, inflasi AS telah melesat naik 0,2 persen secara month to month (mtm) dan 2,6 persen dari secara year on year (yoy), jadi lonjakan tahunan pertama sejak bulan Maret lalu.

Adapun lonjakan inflasi di bulan ini terjadi akibat kenaikan sejumlah indikator, seperti naiknya harga makanan dan energi sebesar 0,3 persen untuk bulan ketiga.

Baca juga: Inflasi AS Jadi Biang Kerok Pasar Obligasi Melemah Pada April

“Faktanya adalah bahwa fundamental saat ini masih bersifat disinflasi. Kehati-hatian konsumen, pengurangan markup, pelonggaran pertumbuhan upah, pertumbuhan produktivitas yang kuat, semuanya itu pada dasarnya bersifat disinflasi," jelas kepala ekonom EY Gregory Daco mengutip Barrons.

Meskipun data yang diumumkan Biro Statistik Tenaga Kerja AS  berpotensi mempersulit rencana The Fed untuk menurunkan suku bunga di bulan selanjutnya, namun menurut alat FedWatch milik CME group Pedagang berjangka memperkirakan Fed akan terus melanjutkan kebijakannya, memperkirakan sekitar 80 persen kemungkinan penurunan suku bunga 25 basis poin pada bulan depan,

"Saya rasa akan ada tekanan pada Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih cepat, baik tekanan langsung maupun implisit," kata Daco dari EY kepada AFP.

Berita Rekomendasi

"Namun, saya rasa Fed kemungkinan akan bersikap hati-hati pada tahun 2025 karena akan ada risiko kenaikan inflasi,” imbuhnya.

Untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan lanjutan, Penasihat Ekonomi Nasional Gedung Putih, Lael Brainard yang kemungkinan besar tidak akan menjabat lagi di Gedung putih, setelah Presiden terpilih Donald Trump mengatakan bahwa pejabat ekonomi AS akan terus berjuang menurunkan biaya bagi keluarga-keluarga untuk hal-hal penting seperti perumahan dan layanan kesehatan, serta melawan kebijakan yang menghambat kemajuan dalam menurunkan inflasi.

Respon Pasar

Pasca Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan lonjakan inflasi, saham AS yang diperdagangkan di pasar Wall Street dibuka mixed atau beragam pada perdagangan Kamis (14/11/2024).

Diantaranya seperti  Dow Jones Industrial Average naik 47,21 poin, atau 0,11 persen ke level 43.958,19, S&P 500 naik 1,39 poin, atau 0,02 persen, ke level 5.985,38 dan Nasdaq Composite turun 50,66 poin, atau 0,26 persen ke level 19.230,74.

Terpisah, harga emas turut mengalami penurunan pada sesi trading Amerika setelah laporan inflasi AS untuk bulan Oktober mencatat lonjakan. Dimana emas  berjangka turun satu persen menjadi 2.580,30 dolar AS per ons. Sementara  emas spot (XAU/USD) terkoreksi 0,98 persen ke 2.572,83 dolar AS per troy ons.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas