Iran Siap Hadapi Sanksi Pembatasan Ekspor Minyak, Sesumbar Ekonomi Kuat Meski Dijegal Aturan Trump
Pemerintah Iran mengaku siap menghadapi serangkaian sanksi dari Presiden baru Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menargetkan pembatasan ekspor
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN – Pemerintah Iran mengaku siap menghadapi serangkaian sanksi dari Presiden baru Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menargetkan pembatasan ekspor minyak mentah asal Teheran.
Untuk menangkis sanksi tersebut, Menteri Perminyakan Iran, Mohsen Paknejad mengatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan berbagai strategi dan rencana untuk menghadapi hal tersebut.
"Kami telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Saya tidak akan membeberkan detailnya namun rekan-rekan kami di sektor perminyakan telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi pembatasan yang akan terjadi," kata Paknejad , mengutip media lokal Mehr News.
Baca juga: New York Times: Elon Musk Temui Duta Besar Iran, Bahas Upaya Redakan Ketegangan AS-Iran
Paknejad juga sesumbar bahwa Iran saat ini sudah cukup kebal dengan sanksi apapun. Menurutnya, ekonomi Iran akan tetap kuat meski presiden baru AS Donald Trump menjatuhkan sanksi ke Iran.
Pernyataan tersebut diungkap Iran tepat setelah presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana menaikkan sanksi guna membuat Iran 'mati kutu'.
Hukuman terbaru ini tampaknya ditujukan untuk memperketat penegakan pembatasan ekspor Iran, sekaligus mengirimkan pesan dukungan untuk Israel setelah serangan rudal.
Sanksi seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan Trump, sebelumnya pada tahun 2018 mantan presiden ke-45 itu sempat memberlakukan sanksi yang merugikan sektor minyak Iran, dengan memangkas produksi minyak Iran menjadi 2,1 juta barel per hari (bph).
Produksi Minyak Iran Pulih
Meski mendapat serangkaian sanksi dari negara Barat, namun selama beberapa tahun terakhir produksi minyak Iran menunjukan tanda-tanda pemulihan.
Pemerintah Teheran mengklaim bahwa Iran telah meningkatkan produksi dan ekspor minyaknya dalam beberapa bulan terakhir meskipun ada sanksi AS yang menjatuhkan hukuman berat kepada pembeli.
Baca juga: Angkatan Udara Israel Kaget, Sistem Pertahanan Udara Iran Ternyata Mampu Kunci Jet Tempur F-35
Data terbaru dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menunjukkan produksi minyak Iran mencapai 3,259 juta barel per hari (bpd) pada bulan Oktober, sementara Jumlah ekspor minyak mentah Iran menembus angka 35,8 miliar dolar AS, menandakan kebangkitan yang konsisten meski masih di bawah tekanan sanksi.
Meningkatnya permintaan minyak Iran di Cina telah menjadi kunci lonjakan penjualan minyak Iran. Data pelacakan kapal yang dilansir dari Radio Free Europe menunjukkan ekspor minyak Iran ke China saat ini berkisar pada 1,5 juta barel per hari.
Jumlah tersebut melonjak setelah Teheran memberi China diskon besar untuk mengambil minyak terlarangnya, adapun diskon yang diberikan bekisar 15 persen dari harga setiap barel.
"Bahkan dengan diskon besar, menjual minyak Iran sangat menguntungkan dan berkelanjutan," kata Steve Hanke, seorang profesor ekonomi terapan di Universitas Johns Hopkins.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia