Kemendag Ungkap Ketergantungan RI Terhadap Impor untuk Penuhi Kegiatan Produksi
Indonesia masih menghadapi ketergantungan yang cukup besar terhadap impor untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan barang modal
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia masih menghadapi ketergantungan yang cukup besar terhadap impor untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan barang modal dalam rangka mendukung kegiatan produksi.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkap per Oktober 2024, struktur impor Indonesia didominasi oleh bahan baku atau barang penolong, yang mencapai 72,58 persen dari total impor.
Kemudian, diikuti oleh barang modal sebesar 18,38 persen dan barang konsumsi sebesar 9,29 persen.
Baca juga: Pengusaha Sebut Langkah Pemerintah Pindahkan Pintu Masuk Barang Impor Bikin Harga di RI Makin Mahal
Impor pada Oktober ini menunjukkan kenaikan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Dibandingkan September 2024, impor barang konsumsi naik 10,02 persen, bahan baku atau penolong naik 18,49 persen, dan barang modal mengalami kenaikan sebesar 12,58 persen secara bulanan.
Kenaikan ini, menurut Budi, mencerminkan adanya peningkatan permintaan domestik serta mulai tumbuhnya aktivitas industri di dalam negeri.
Meski begitu, tingginya proporsi bahan baku dan barang modal dalam struktur impor Indonesia juga menunjukkan bahwa negara ini masih sangat bergantung pada impor untuk mendukung kegiatan produksi.
"Tingginya proporsi bahan baku dan barang modal dalam struktur impor menunjukkan bahwa Indonesia masih bergantung pada impor untuk mendukung kegiatan produksi dan investasi," kata Budi dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (20/11/2024).
Hal ini pun menyita perhatian Anggota DPR RI Komisi VI dari Fraksi Partai Gerindra, Kawendra Lukistian.
Baca juga: BPJPH dan Itjen Kementerian Agama Kerja Sama Pengawasan Sertifikasi Halal Barang Impor
Kawendra mengungkap bahwa struktur impor yang masih didominasi bahan baku dan barang modal ini akan membawa dampak negatif terhadap nilai tukar rupiah.
"Nah, mudah-mudahan ini bisa dikonsentrasikan seperti apa dan sudah ada beberapa case seperti industri manufaktur kita sering bergantung pada impor, tekstil kita, elektronik," katanya.
Ia mengatakan, Presiden Prabowo Subianto memiliki target swasembada untuk berbagai sektor seperti pangan dan energi.
Maka dari itu, Kawendra berharap sektor lainnya juga bisa mengikuti langkah menuju swasembada tersebut.
"Mudah-mudahan berbagai sektor pun akan mengikuti perlahan-lahan keberpihakan terhadap pemain lokal, industri lokal, jauh lebih optimal lagi," ujarnya.