Indonesia akan Kekurangan Beras di Awal 2025, Bulog Diminta Guyur Cadangan Milik Pemerintah
Defisit beras diproyeksikan terjadi pada Januari 2025 sebesar 1,39 juta ton dan pada Februari 2025 sebesar 0,51 juta ton.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
"Sekitar 51 persen dari lahan bera itu berpotensi untuk ditanami. Ini ada di 40 kabupaten/kota," ucap Edy.
Lima kabupaten/kota dengan lahan bera terluas adalah Indramayu, Bone, Barito Kuala, Banjar, dan Wajo.
Ia pun mendorong Kementerian Pertanian (Kementan) dan pemerintah daerah agar bekerja sama dalam mengoptimalkan lahan bera tersebut.
Contohnya seperti menggencarkan program optimalisasi lahan yang bisa difokuskan di daerah-daerah yang selama ini banyak terdapat lahan bera.
Selain itu, pemanfaatan lahan bera bisa juga melalui pembangunan irigasi.
Saat ini, Kementerian Koordinator Bidang Pangan tengah menjalankan program pembangunan jaringan irigasi.
Pemerintah daerah telah diminta mengidentifikasi daerah yang membutuhkan pembangunan irigasi, baik untuk memperbaiki yang sudah rusak maupun untuk daerah yang belum memiliki infrastrukturnya sama sekali.
"Jadi, nanti ini bisa saling mendukung dengan program yang selama ini ada," pungkas Edy.
Harga Beras Naik
Harga beras diprediksi akan mengalami kenaikan seiring tingginya permintaan dan rendahnya produksi di dalam negeri.
Prediksi tersebut disampaikan Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Bulog, Mokhamad Suyamto, akhir pekan kemarin, di mana kenaikan harga beras bakal terjadi di Januari-Februari 2025.
"Kenaikan ini terjadi karena defisit produksi dan konsumsi yang tinggi," ujar Suyamto dikutip dari Kontan, Senin (30/12/2024).
Suyamto menyampaikan, meski ada kenaikan tetapi lonjakan harga awal 2025 diperkirakan tidak akan lebih tinggi dibandingkan kenaikan awal tahun 2024.
Ia pun menegaskan, Bulog memastikan stok cadangan beras pemerintah mencapai 2 juta ton, jumlah yang dianggap mencukupi untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga.
Bulog akan mengintervensi pasar melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) serta distribusi bantuan pangan beras jika harga beras melonjak terlalu tinggi.
"Pantauan kami menunjukkan adanya kenaikan harga, tetapi dibandingkan tahun lalu, secara umum kenaikannya tidak signifikan," jelas Suyamto.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.