Libur Sekolah Karena Virus Corona, Jubir Yuri: Orang Tua Agar Anjurkan Anaknya tak Keluyuran
Dirjen P2P Kementerian Kesehatan itu pun meminta masyarakat memaknai libur beraktivitas atau libur sekolah
Penulis: Reza Deni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Juru bicara penanganan virus corona Achmad Yurianto meluruskan persepsi masyarakat soal libur sekolah yang diterapkan sejumlah kepala daerah untuk pencegahan covid-19.
"Saya pikir ini kebijakan daerah yang sudah sangat bagus. Daerah juga meliburkan sekolah dan ini harus dimaknai betul ya, karena libur persepsi anak sekolah beda dengan libur persepsi maunya pemerintah," ujarnya di Kantor Kepresidenan, Jakarta Pusat, Minggu (15/3/2020).
Dirinya menceritakan sebelum berangkat ke kantor kepresidenan, kerap menemui keramaian di lingkungan rumahnya, yang sebagian besar diisi oleh anak-anak.
"Di rumah saya ramai ternyata anak-anak libur lagi pada main bola di depan. Padahal maksud kita, libur itu adalah persepsi orang tua "oh anak saya jangan keluyuran" begitu maksudnya. Ini yang tadi berhasil, ini juga yang jadi masalah," lanjut Yuri.
Baca: Bhayangkara FC Kembali Draw, Teuku Muhammad Ichsan bilang Timnya Kurang Beruntung
Baca: Menhub Positif Virus Corona, Kemenkes Telurusi Kemungkinan Penularan ke Pejabat Lainnya
Baca: Rekomendasi 5 Penginapan Ala Rumah Sasak untuk Liburan Akhir Pekan di Lombok
Dirjen P2P Kementerian Kesehatan itu pun meminta masyarakat memaknai libur beraktivitas atau libur sekolah ini untuk menahan diri, terutama bagi anak-anak.
"Kita juga harus mengurangi frekuensi untuk memberikan ruang bagi penularan ini. Maka sepakat jemaah masjid ramau-ramai untuk melipat karpet dan menyimpannya, kemudian kita salat jamaah dengan bawa sajadah sendiri-sendiri," pungkas Yuri.
Seperti diketahui, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan meniadakan kegiatan belajar mengajar di sekolah di wilayah Ibu Kota selama dua pekan, terhitung sejak hari Senin, 16 Maret 2020 hingga Sabtu, 28 Maret 2020.
Keputusan ini diumumkan setelah rapat jajaran Pemprov DKI Jakarta bersama dengan Dr. Fery Rahman, M.KM (Wakil Sekjen PB IDI), Dr. Sholah Imari, MSc (anggota Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia/PAEI), Dr. Triana Damayanti Akbar (Ketua Bidang Organisasi IDAI DKI Jakarta), dan pimpinan WHO untuk Indonesia, Dr. Paranietharan.
Dari kasus Covid-19 yang telah lebih dulu menjangkiti sejumlah warga negara di berbagai belahan dunia, diketahui anak-anak akan menjadi perantara (carrier) bagi penularan antar orang dewasa, meskipun anak tersebut tidak memperlihatkan gejala Covid-19.
Sehingga, keputusan untuk meniadakan kegiatan belajar mengajar di sekolah selama dua pekan menjadi langkah tepat yang perlu diambil dalam meminimalisir potensi semakin meluasnya wabah Covid-19 di seluruh wilayah Jakarta.
Mengapa keputusan ini diambil? Pertama, dari berbagai kajian menunjukkan bahwa anak-anak tidak banyak terjangkiti Covid-19. Tetapi, mereka adalah carrier (perantara) penular dari orang dewasa satu ke orang dewasa yang lainnya," ujar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam keterangan pers, Sabtu 14 Maret 2020.
Anies menjelaskan, meskipun mereka tidak terjangkiti, angkanya kecil, tetapi mereka bisa menularkan dari satu pribadi ke pribadi lainnya.
Alasan kedua meliburkan sementara sekolah di DKI Jakarta, kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan orang dewasa.