Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Marak Bilik Sterilisasi, WHO Sebut Semprot Disinfektan Berisiko, Ini Trik Aman Dari Guru Besar ITS

Saat wabah virus corona tak sedikit penyemprotan cairan disinfektan dilakukan warga.Tak hanya benda mati tapi juga kepada manusia demi mematikan viru

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Marak Bilik Sterilisasi, WHO Sebut Semprot Disinfektan Berisiko, Ini Trik Aman Dari Guru Besar ITS
Surya/Ahmad Zaimul Haq
Jemaah melewati bilik sterilisasi sebelum memasuki Masjid Nasional Al Akbar untuk menunaikan Salat Jumat, di Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (27/3/2020). Meskipun tetap menggelar Salat Jumat di tengah wabah virus corona (Covid-19), Masjid Nasional Al Akbar Kota Surabaya menerapkan sejumlah prosedur yaitu pencucian tangan dengan hand sanitizer, pemeriksaan suhu badan, masuk bilik sterilisasi (penyemprotan disinfektan), dan pemakaian masker serta pemberian jarak (social distancing) 1 meter tiap baris atau shaf jemaah. Surya/Ahmad Zaimul Haq 

TRIBUNNEWS.COM - Akhir-akhir ini saat wabah virus corona tak sedikit penyemprotan cairan disinfektan dilakukan warga. Tak hanya benda mati tapi juga kepada manusia demi mematikan virus Covid-19. 

Salah satunya pada ratusan WNI yang baru tiba di Indonesia setelah dijemput pulang dari Wuhan, episenntrum wabah, beberapa waktu yang lalu.

Pun saat ini, banyak tempat umum di sejumlah daerah seperti bandara dan masjid, yang menyediakan tempat khusus untuk dilakukan penyemprotan cairan disinfektan kepada orang-orang yang berada di sana.

Dikutip dari Kompas.com dari artikel berjudul "WHO Ingatkan Risiko Semprot Disinfektan pada Manusia: Mudah Terbakar hingga Keracunan", 

Cara ini diyakini dapat mematikan virus yang mungkin ada di permukaan pakaian atau badan seseorang.

Baca: Soal Karantina Wilayah, Mahfud MD Sebut Ingin Adopsi Lockdown di Belanda,Warga Boleh Jalan Tapi . .

Baca: Benarkah Penggunaan Bilik Desinfeksi untuk Bunuh Covid-19 Berbahaya? Ini Penjelasannya!

Penjelasan WHO

Namun, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa penyemprotan itu bukan hal yang disarankan.

BERITA REKOMENDASI

Melalui laman Instagram @ who, disebutkan bahwa penyemprotan disinfektan ke seluruh tubuh seseorang tidak bisa membunuh virus yang terlanjur masuk ke dalam tubuh.

Sebaliknya, penyemprotan tersebut justru bisa merusak pakaian yang dikenakan, bahkan melukai tubuh orang yang menerima tindakan tersebut.

"Menyemprotkan zat-zat semacam itu dapat merusak pakaian atau selaput lendir (seperti mata, mulut)," tulis WHO dalam informasi tersebut.

Penggunaan alkohol dan klorin dalam disinfektan bisa digunakan untuk mensterilkan permukaan suatu benda, namun harus di bawah rekomendasi yang tepat.

Informasi serupa juga diunggah ulang oleh perwakilan WHO di Indonesia dr. Paranietharan melalui Twitter di akun @NParanietharan.


Dia menandai akun Kementerian Kesehatan RI, BNPB, Menteri Luar Negeri, Dinas Kesehatan Jakarta, dan lainnya untuk memastikan informasi ini tersampaikan.

"#Indonesia Please do not spray disinfectants on people #COVID19 #CoronaVirusIndonesia, it may be harmful @KemenkesRI @BNPB_Indonesia #JakartaTanggapCorona #Jakarta #LawanCovid19 @kemenkopmk @Menlu_RI @dinkesJKT @WHOIndonesia," isi twet yang diunggah dr. Paranie, Minggu (29/3/2020).

Tidak untuk tubuh

Melalui laman resmi Covid-19 milik Pemerintah Indonesia, covid19.go.id, disebutkan cairan disinfektan efektif untuk membersihkan permukaan benda-benda yang potensial terdapat banyak bakteri dan virus.

Namun, cairan disinfektan ini tidak disarankan untuk disemprotkan pada tubuh atau pakaian seseorang.

"Cairan disinfektan bisa membersihkan virus pada permukaan benda-benda dan bukan pada tubuh atau baju dan tidak akan melindungi Anda dari virus jika berkontak erat dengan orang sakit," bunyi keterangan dalam laman resmi tersebut.

Mudah terbakar

Dikutip dari Guidance Notes on Safe Use of Chemical Disinfectants Departemen Tenaga Kerja Hong Kong, cairan disinfekan yang mengandung bahan kimia berupa alkohol memiliki risiko jika disemprotkan ke tubuh.

Alkohol merupakan bahan kimia yang mudah terbakar jika ada di dekat api, terutama ketika diterapkan dengan cara disemprotkan.

Jika mengenai kulit, cairan ini dapat mengiritasi kulit yang terluka. Sementara jika terhirup maka dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan mempengaruhi saraf sistem pusat.

Kandungan klorin

Sementara itu, zat klorin disebutkan sebagai zat beracun. Jika seseorang terpapar klorin dengan konsentrasi tinggi disebutkan bisa berakibat fatal.

Apalagi jika sebuah larutan disinfektan mengandung lebih dari satu jenis zat kimia. Pencampuran zat-zat tersebut bisa menimbulkan bahaya.

Videonya menjadi viral di medsos setelah diunggah pemilik akun Instagram @passengershaming, Kamis (26/3/2020).

Dalam video singkat itu tampak seorang penumpang mengenakan kostum dinosaurus dan berjalan santai di bandara.

Pakaiannya terlihat kebesaran hingga ekornya menyeret di lantai.

Diketahui, kostum tersebut ialah dinosaurus jenis T-Rex dengan perpaduan warna kuning dan oranye.

Penumpang itu membuat beberapa penumpang yang melihatnya terkejut.

Lucunya lagi, penumpang yang tak diketahui identitasnya itu tampak berjalan lenggak-lenggok sambil menggeret koper hitam di tangan kanannya.

Merujuk pandemi virus corona (covid-19), penumpang tersebut dianggap mengenakan pakaian yang cukup ekstrem.

Apakah penumpang itu berusaha melindungi diri atau hanya sekedar membuat kelucuan saja?

Hingga artikel ini diterbitkan, belum ada konfirmasi lebih lanjut terkait kejadian di Bandara Miami tersebut.

Prof Dr rer nat Fredy Kurniawan MSi, guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Prof Dr rer nat Fredy Kurniawan MSi, guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) (its.ac.id)

 Trik Aman Ala Guru Besar ITS

Mengutip tulisan berjudul Manfaat dan Bahaya Bilik Sterilisasi Menurut Dosen ITS yang dilansir dari situs resmi ITS

Prof Dr rer nat Fredy Kurniawan MSi, guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memberikan penjelasan lengkap untuk mencegah kepanikan masyarakat.

Fredy mengungkapkan, virus baru ini (Covid-19) telah menyita banyak perhatian dari semua kalangan, mulai dari dokter, para ahli, hingga masyarakat awam.

Saat ini, disinfektan dan antiseptik yang dinilai sebagai langkah preventif untuk mencegah penularan virus corona banyak diburu dan bahkan diracik sendiri oleh masyarakat.

“Yang lebih menarik lagi adalah munculnya fenomena bilik sterilisasi atau sterilization chamber, saya kira hal ini dipicu oleh keberhasilan Vietnam yang turut mempopulerkan lewat dunia maya,” ujar Fredy.

Setelah ramai akan berita tersebut, lanjut Fredy, semua daerah termasuk di Indonesia ikut membuat bilik sterilisasi.

“Masalah mulai timbul ketika ada sentilan dari WHO terkait bahaya pemakaian alkohol dan chlorine pada tubuh,” kata dosen Departemen Kimia ITS ini.

Menurutnya, informasi tersebut mengingatkan pada kita bahwa bahan kimia perlu ditangani dengan benar.

Dalam hal ini, pengetahuan mengenai kimia sangat diperlukan, mengingat banyak masyarakat awam yang membuat disinfektan maupun antiseptik sendiri.

“Bila dilakukan oleh orang yang tidak punya kompetensi dan kapabilitas yang cukup dalam meramu dan menggunakan secara benar, maka akan sangat berbahaya bagi diri sendiri, orang lain, dan juga lingkungan dalam waktu dekat dan bisa jadi jangka panjang,” ungkap Fredy prihatin.

Dosen yang bergelut di bidang kemo dan biosensor ini, menjelaskan lebih dalam apa itu antiseptik dan disinfektan terlebih dahulu.

Berdasarkan istilah WHO, antiseptik adalah salah satu jenis disinfektan yang menghancurkan atau menghambat mikroorganisme pada jaringan hidup tanpa mengakibatkan cedera.

“Termasuk dalam klasifikasi ini adalah polyvidone iodine, chlorhexidine, dan alkohol,” terang Fredy.

Sedangkan, disinfektan berfungsi menghancurkan dan menghambat mikroorganisme patogen pada keadaan nonspora atau vegetatif.
Bahan-bahan berbasis kedua material yang disebut, yaitu chlorine dan etanol banyak tersedia di pasaran.

Bahkan, WHO juga telah memberikan resep rekomendasi membuat hand sanitizer berbasis etanol dan Iso Propyl Alcohol (IPA).

“Masalahnya, apakah masyarakat mempunyai kemampuan untuk meramu dengan benar? Bahkan di antara yang membuat tidak mengerti bagaimana memeriksa kadar alkohol dan bahan yang digunakan dengan baik,” tutur Fredy mengingatkan.

Baca: Ganindra Bimo Rayakan Ulang Tahun Tanpa Andrea Dian, Sang Istri Ucap Selamat Dari Ruang Isolasi

Baca: Band HIVI! Ikut Konser Streaming, Niatnya Menghibur Biar Gak Suntuk di Rumah Saat Wabah Corona

Cuplikan rekomendasi pembuatan hand sanitizer dengan bahan yang mudah ditemui di pasaran yang beredar di masyarakat

Dengan adanya formula WHO ini, menurut Fredy, membuat orang awam mendadak mengerti kimia.

Membuat hand sanitizer sendiri menjadi pilihan masyarakat karena harganya di pasaran sangat mahal.

Ada yang membuat untuk kebutuhan pribadi atau bahkan juga karena melihat peluang bisnis.

“Bahan baku etanol dan IPA menjadi langka dan harganya meningkat drastis, dari Rp 30 ribu per liter menjadi Rp 180 ribu per liter, akibatnya masyarakat menjadi panik karena menganggap hand sanitizer sebagai dewa penyelamat ,” ungkap Kepala Departemen Kimia ITS ini.

Dari masalah yang terus timbul, datanglah “bantuan darurat” yang bermaksud membantu dari seseorang pada lembaga tertentu.

Yang mana memberikan cara sederhana membuat hand sanitizer dari bahan-bahan disinfektan yang mudah ditemui di pasaran.

“Senyawa-senyawa dalam rekomendasi tersebut sebenarnya bukan untuk antiseptik, apalagi ada ide senyawa tersebut dipakai pada bilik sterilisasi,” terangnya lagi.

Padahal WHO sudah jelas tidak merekomendasikan cairan seperti etanol, chlorine, dan H2O2 pada bilik sterilisasi.

Fredy menjelaskan bahwa bahan-bahan tersebut bersifat karsinogenik, bahkan mengakibatkan mutasi bakteri, dapat dilihat Material Safety Data Sheet (MSDS). Pendapat ini mempertimbangkan dampak negatif pada satu hingga dua tahun ke depan.

Lebih lanjut, Fredy menerangkan bahwa bilik sterilisasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu bilik itu sendiri dan bahan disinfektan yang digunakan.

“Tujuan dari bilik ini adalah membunuh mikroorganisme yang menempel di badan atau di pakaian seseorang secara seketika,” urainya.

Disinfektan hanya akan mempengaruhi yang ada dalam ruangan bilik, walaupun residunya pun dapat keluar dalam jumlah besar.

Namun yang menjadi pokok masalah bahaya da

Baca: Mahfud MD Gambarkan Soal Karantina Wilayah, Toko Obat, Pasar Tradisional dan Supermarket Tetap Buka

ri bilik ini adalah bahan kimia yang digunakan.

Dari semua bahan kimia yang umum tersedia sebagai disinfektan berdasarkan Centers of Disease Control and Prevention (CDCP) dan WHO, hampir semua senyawa tersebut memiliki efek yang cukup signifikan bila digunakan kepada manusia secara langsung.

“Namun, ada dua senyawa yang aman digunakan, yaitu ozon dan klorin dioksida, namun tetap dengan ukuran yang telah ditentukan dan cara pemakaian yang benar,” kata Fredy.

Baca: Via Vallen Kabarkan Kondisi Kesehatannya Menurun, Kepala Pusing, Diminta Tes Corona, Apa Hasilnya?

 

Tulisan terbaru terkait terapi ozon telah dilaporkan oleh Rowen dan Robins. Ozon efektif digunakan untuk membunuh SARS Cov-2 yang merupakan penyebab Covid-19, secara aman, efektif, dan dengan biaya yang rendah.

“Batas yang bisa diterima manusia terpapar oleh ozon adalah 0,06 ppm selama 8 jam per hari untuk lima hari dalam seminggu atau 0,3 PPM maksimum untuk 15 menit,” jelas Fredy.

Sedangkan untuk chlorine dioxide (klorin dioksida), lanjut Fredy, berdasarkan data WHO dan penelitian lain memiliki potensi untuk digunakan dalam bilik sterilisasi.

“Penelitian menunjukkan bahwa bila terhirup pada jangka yang pendek klorin dioksida cukup aman bagi kesehatan manusia, dengan batas konsentrasi sampai 0,3 ppm selama 15 menit tidak akan menyebabkan kematian ataupun tanda-tanda adanya gangguan kesehatan,” paparnya.

Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, bilik sterilisasi menggunakan Ozon dan Chlorine Dioxide memiliki potensi untuk digunakan mengatasi kasus Covid-19 dengan aman.

Namun, syarat bilik sterilisasi harus dibuat dan dikontrol kualitasnya oleh tenaga ahli yang kompeten.

“Kontrol kualitas dari bilik yang dimaksud adalah terkait dosis dan cara penggunaan yang benar, bahan-bahan disinfektan lain selain Ozon dan Chlorine Dioxide tidak direkomendasi karena dapat mengakibatkan efek samping yang fatal dalam jangka waktu dekat maupun panjang,” ungkapnya.

Fredy mengatakan, dengan kondisi pandemi seperti saat ini, tentu saja semua cara perlu untuk dikerahkan dalam mengatasinya.

“Saya harap hal ini dapat mengingatkan masyarakat bahwa boleh mengatasi masalah, tetapi jangan sampai menimbulkan masalah baru agar masyarakat tetap sehat selamat,” pungkasnya.

(Tribunnews.com/Kompas.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas