Cerita WFH Menlu Retno Marsudi, Mulai dari Cucu Nangis Hingga Panci Jatuh
Menlu mengatakan keluarga memahami pekerjaannya sebagai seorang menteri yang tetap harus bekerja ekstra ditengan pembatasan sosial, meskipun saat
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ditengah kesibukannya mengurusi diplomasi saat pandemi virus corona (Covid-19), Menteri luar negeri (Menlu) Retno Marsudi terkadang juga melakukan beberapa pekerjaannya dari rumah.
Menlu mengatakan keluarga memahami pekerjaannya sebagai seorang menteri yang tetap harus bekerja ekstra ditengan pembatasan sosial, meskipun saat berada di rumah.
Ia pun menceritakan pengalamannya saat harus melakukan kerja dari rumah atau work from home (WFH), Rabu (15/4/2020).
Baca: Positif Terinfeksi Corona, Twindy Rarasati Imbau Publik Tetap Berada di Rumah: Sehat-sehat Semua!
“Mereka (keluarga) paham dan saya ada beberapa hari kerja dari rumah. Saya ada beberapa hari kerja dari rumah, (terkadang) di tengah-tengah ada bayi menangis. Kalo ditanya itu suara apa, suara cucu lagi nangis. Tiba-tiba ada suara panci jatoh,” ujar Menlu dalam siaran live di instagramnya bersama reporter Azizah Hanum, Rabu (15/4/2020).
Menlu berujar saat melakukan WFH, ia biasanya melakukan telekonferen dengan sejumlah Menlu dari negara lain atau tim dari Perwakilan RI yang ada di luar negeri.
Akan tetapi untuk beberapa pertemuan formal dengan sejumlah tokoh penting, seperti saat harus melakukan rapat terbatas (Ratas) dengan Presiden, Menlu Retno harus melakukannya di kantor Kemlu di kawasan Pejambon.
Baca: Antisipasi Dampak Covid-19, Jangan Sampai Indonesia Tertinggal Ketika Keadaan Membaik
“Kalau Ratas dengan Presiden biasanya dilakukan di kantor, tapi kalau telekonferen dengan para Menlu dan beberaapa tim yang ada di luar negeri lebih simple dilakukan di rumah,” uajr Retno.
Alasannya, Menlu merasa dirinya tidak terlalu paham dengan teknologi dan menghindari kesalahan teknis, seperti mikrofon mati atau jaringan yang tidak stabil.
Dengan melakukan telekonferen di kantor meminimalisir kesalahan teknis dengan bantuan dari timnya yang ahli.
“Karena aku tidak terlalu canggih untuk teknologi ya, jadi kalo di kantor ada yang bantu. Saya pernah ratas pertama, aku harus presentasi, aku udah ngomong tapi Pak Seskab bilang, bu Menlu suaranya tidak keluar,” ujarnya
Selama melakukan telekonferan yang harus dilakukan di kantor Kemlu, Ia dan timnya tetap memperhatikan sejumlah protokol kesehatan untuk menghindari peneyebaran virus, seperti memakai masker dan menjaga jarak (physical distancing),”
“Tapi di kantor very minimium tim. Kita juga pake masker dan betul betul menjaga physical distancing, pokoknya kita ingat protokol yang harus di Indahkan,” ujarnya.