Kontak Dengan Dokter yang Positif Covid-19, Seluruh Tenaga Medis di Lapas Salemba Dipulangkan
Terdapat 10 orang tanpa gejala (OTG) dan tiga orang dalam pengawasan (ODP) terkait Covid-19 di seluruh lapas dan rutan
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Seluruh dokter dan perawat yang bertugas di Lembaga Pemasyarakata (Lapas) Salemba Jakarta dipulangkan karena kontak dengan seorang dokter yang positif terinfeks virus corona atau Covid-19.
Hal itu disampaikan Direktur Perawatan, Kesehatan dan Rehabiliasi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kemenkumham, A Yuspahruddin, dalam sesi diskusi yang diselenggarakan AIPJ2/TAF, Selasa (14/4).
Ia mengungkapkan, tujuh narapidana pendamping (tamping) yang membantu tugas di klinik lapas juga diisolasi karena kontak dengan dokter yang positif corona itu.
Untuk sementara, dikerahkan tenaga kesehatan dari rumah sakit pengayoman menggantikan para tenaga medis di klinil Lapas Salemba.
“Ada tujuh orang pamping klinik di Lapas Salemba, itu bukan karena ada gejala. Mereka kontak dengan dokter dan salah satu dokter sudah positif. Dokter dirumahkan, perawat dirumahkan. Kemudian para dokter di Lapas Salemba sudah dirumahkan semua. Tujuh orang tamping diisolasi,” kata dia.
Baca: Air Tahiti Nui, Pesawat yang Pecahkan Rekor Rute Penerbangan Terpanjang Dunia 2020
Baca: Sinopsis Film A Thousand Words, Diperankan Eddie Murphy, Tayang Pagi Ini Pukul 08.30 WIB di TransTV
Baca: Anggota DPR Ini Setuju 1000 Persen Tidak Terima THR Saat Lebaran
Dari laporan sementara, lanjut Yuspahruddin, terdapat 10 orang tanpa gejala (OTG) dan tiga orang dalam pengawasan (ODP) terkait Covid-19 di seluruh lapas dan rutan.
Mereka terdiri dari narapidana dan tahanan. Dua tahanan di antaranya ada di Bantul, Yogyakarta. Keduanya dinyatakan ODP setelah dibesuk sejumlah jaksa yang dikabarkan berstatus positif corona.
Sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) melansir sudah ada 28 dokter meninggal dunia karena Covid-19. Mereka terdiri dari dokter yang menangani pasien virus corona dan dokter gigi.
Dua dokter terakhir yang meninggal dunia karena corona adalah dr Soekotjo Soerodiwirio Sp Rad dan dr Sudadi Hirawab MS SpOK.
Soekotjo sebelumnya sempat dirawat lebih 10 hari di RS Hasan Sadikin Bandung karena positif coroba.
Sudadi Hirawa juga sempat dirawat di RS Persahabatan Jakarta karena Covid-19. Namun, nyawa keduanya tidak tertolong.
"Dua tokoh senior kedokteran yang wafat ini adalah perintis di bidang keilmuan masing-masing. Kami dari profesi dokter kembali kehilangan tokoh penting dalam perjalanan sejarah kedokteran di Indonesia," kata humas IDI, dr Halik Malik.
Sebelumnya, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly juga mengeluarkan kebijakan kontroversi terkait Covid-19. Yasonna membebaskan lebih 35 ribu nara narapidana dan anak kasus pidana umum melalui cara asimilasi dan integrasi.
Alasannya, untuk memutus rantai penyebaran virus corona di dalam lapas dan rutan.
Namun, kebijakan itu menuai kontroversi. Bahkan, ratusan narapidana kasus narkoba di Lapas Manado sempat melakukan kerusuhan di dalam lapas karena menuntut hal yang sama, yakni dibebaskan.
Belum lagi, sejumlah narapidana yang baru dibebaskan justru kembali ditangkap polisi karena melakukan kejahatan.
Kritik juga datang dari dokter ahli bedah plastik sekaligus penyanyi, Tompi. Tompi melalui akun twitternya, menilai kebijakan tersebut bukan solusi untuk memutus penyebaran virus corona.
Menurutnya, tanpa dibebaskan, para narapidana sudah melakukan perlindungan diri dan isolasi pencegahan virus corona di dalam lapasnya. Pembebasan narapidana justru berpotensi menularkan virus mematikan itu di luar lapas.
"Mencegah penularan Corona itu bukan dengan membebaskan napi wahai tuan menteri. Napi itu secara otomatis sudah dilockdown, mereka aman di dalam isolasi, cegah kontak dr luar. Kl tak sanggup memeriksa pengunjung, ya tiadakanlah kunjungan," kata Tompi dalam akun twitter miliknya, @dr_tompi. (Tribun network/gle/coz)