Merry Riana: Pandemik Virus Corona Ibarat Masa Ulat Menjadi Kepompong
Merry mengatakan masa-masa harus bekerja di rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah adalah proses yang sama saat ulat menjadi kepompong.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Motivator Merry Riana mengatakan masa pandemik COVID-19 yang mengharuskan orang-orang lebih banyak berada di rumah ibarat masa-masa ulat menjadi kepompong sebelum menjadi kupu-kupu.
"Ulat saat menjadi kepompong merasa tidak nyaman, tidak bisa bergerak bebas. Ketika dia merasa hidupnya akan berakhir seperti itu, dia kemudian menjadi kupu-kupu yang lebih indah," kata Merry Riana saat jumpa pers di Graha BNPB sebagaimana disiarkan akun Youtube BNPB Indonesia di Jakarta, Senin (20/4/2020).
Merry mengatakan masa-masa harus bekerja di rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah untuk menghindari penularan virus corona penyebab COVID-19 adalah proses yang sama dengan saat ulat menjadi kepompong.
Baca: Tes Corona Terkendala Minimnya Alat Tes, Sejumlah Negara Berebutan Dapatkan PCR
Ketika proses ini berhasil dilalui, Merry yakin kita semua akan menjadi individu-individu yang lebih baik, seperti kepompong yang berubah menjadi kupu-kupu.
"Saya yakin ini semua akan bisa kita lalui. Indonesia bisa pulih kembali, Indonesia bisa sehat kembali," tuturnya.
Karena itu, Merry menyarankan masyarakat untuk tidak mudah panik dan tidak mudah protes terkait dengan kebijakan yang pemerintah ambil dalam menangani COVID-19.
"Jangan mudah protes, tetapi kita harus berproses. Mungkin di awal ada yang merespons dengan panik atau marah. Namun, ini sudah berjalan sebulan," katanya.
Baca: Cita Citata Unggah Foto Kekasih Kenakan Peci Plus Baju Koko: Semoga Istiqomah dan Jadi Muslim Baik
Merry yakin masa pandemi COVID-19 yang sudah berjalan selama satu bulan akan lebih memudahkan masyarakat untuk berproses menanggapi situasi tidak nyaman yang muncul.
Pada masa pandemi COVID-19, agar di rumah saja tetap sehat, Merry menyarankan masyarakat untuk menjaga imun, menjaga iman, dan menjaga pikiran.
"Bisa saja fisik kita di rumah, tetapi pikiran kita ke mana-mana. Membaca dan melihat berita-berita yang bermacam-macam tentang virus corona, kemudian merasa takut. Ketakutan itu justru bisa membuat kita menjadi sakit," katanya.