Ramai Tagar #IndonesiaTerserah, Doni Monardo: Kami Tidak Berharap Dokter Kecewa
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo angkat bicara mengenai ramainya Tagar #IndonesiaTerserah.
Penulis: Reza Deni
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo angkat bicara mengenai ramainya Tagar #IndonesiaTerserah.
Tagar #IndonesiaTerserah yang dilakukan oleh tenaga medis ini viral.
Doni berharap para tenaga medis tersebut tidak kecewa dalam menangani penyebaran Covid-19.
"Kami sangat tidak berharap kalangan dokter menjadi kecewa. Sejak awal kami mengedepankan ujung tombak kita masyarakat, kalau seandainya masyarakat terpapar lantas sakit, lantas dirawat di RS,
apalagi dengan jumlah banyak dan tempat perawatannya penuh, maka yang sangat repot tenaga dokter
termasuk perawat," kata Doni dalam video conference usai rapat terbatas dengan Presiden, Senin
(18/5/2020).
Baca: Dinilai Lecehkan Marga Latuconsina, Andre Taulany Minta Maaf Pada Prilly, Bagaimana Rina Nose?
Baca: Viral Lagu Terserah, Suarakan Keresahan Pelonggaran PSBB, The Rap Up Indonesia: Emosi Campur Aduk
Dalam penanganan Covid-19, pihaknya menurut Doni terus menekankan agar para tenaga medis
tersebut tidak terlalu kelelahan.
Perlindungan kepada tenaga medis di tengah darurat Corona menjadi prioritas.
"Dari awal ini bahasan yang kami kemukakan, jangan biarkan dokter kita kelelahan, kehabisan waktu
dan tenaga mereka sudah menghabiskan waktu tenaga kemudian juga bahkan mempertaruhkan
nyawanya untuk keselamatan bangsa Indonesia, maka wajib kita lindungi," katanya.
Apalagi menurut Doni, jumlah tenaga medis salah satunya dokter di Indonesia masih sangat sedikit
yakni 200 ribu orang.
Sementara dokter paru yang hanya 1976 orang.
Baca: Syakir Daulay dan Label Pro Aktif Diharapkan Damai, Kasusnya Bisa Selesai Secara Kekeluargaan
Baca: Tanggapi Indonesia Terserah, Dokter Relawan: Terserah Lo Mau Ngapain, Kita Tetap Tidak Akan Menyerah
"Artinya satu orang dokter paru harus melayani 245 ribu WNI sehingga apabila kita kehilangan dokter maka ini kerugian yang besar bagi bangsa kita," katanya.
Oleh karena itu menurut Mantan Danjen Kopassus itu, perlu kerjasama dari masyarakat dalam
mengendalikan penyebaran virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China itu.
Salah satunya yakni dengan mematuhi protokol kesehatan dan ketentuan di bawah undang-undang nomor 6 tahun 2018
tentang darurat kesehatan.