Surabaya Jadi Zona Hitam Covid-19, Jawa Timur Kembali Catatkan Kasus Baru Tertinggi
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan yang dirilis di akun twitter BNPB pada Rabu sore, Jawa Timur melaporkan kasus baru sebanyak 183.
Penulis: Daryono
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Di tengah posisi Surabaya yang saat ini disebut sebagai zona hitam Covid-19, Provinsi Jawa Timur (Jatim) kembali mencatatkan kasus baru Corona tertinggi dibanding provinsi lainnya pada hari ini, Rabu (3/6/2020).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan yang dirilis di akun twitter BNPB pada Rabu sore, Jawa Timur melaporkan kasus baru sebanyak 183.
Angka tersebut menjadi yang tertinggi dibanding provinsi lainnya dan mengalahkan angka kasus baru di DKI Jakarta yang hanya mencatat 82 kasus.
Tidak hanya dalam kasus baru, angka kematian tertinggi hari ini juga berasal dari Jawa Timur yaknui 11 kasus.
Baca: BREAKING NEWS Update Corona Indonesia, 3 Juni: Bertambah 684 Pasien, Total 28.233 Kasus Positif
Sedangkan kasus pasien sembuh, Jawa Timur melaporkan 100 kasus, atau peringkat kedua setelah DKI Jakarta dengan laporan 187 kasus sembuh.
Dengan adanya kasus baru sebanyak 183, kini total kasus positif Corona di Jawa Timur menjadi 5.318 kasus.
Secara total, angka ini urutan kedua setelah DKI Jakarta yang kini total kasus positifnya sebesar 7.623 kasus.
Sedangkan total pasien sembuh di Jawa Timur kini menjadi 799 dan total pasien meninggal sebanyak 429 orang.
Dalam beberapa hari terakhir, laporan kasus baru di Jawa Timur relatif cukup tinggi, bahkan menjadi yang tertinggi.
Pada Selasa kemarin, Jatim melaporkan 213 kasus baru dan juga menjadi yang tertinggi dibanding provinsi lainnya.
Zona Hitam
Sebelumnya, dalam peta sebaran Covid-19 di Jawa Timur di laman Pemprov Jatim, infocovid19.jatimprov.go.id, warna Kota Surabaya menjadi hitam.
Dikutip dari KompasTV, Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, Joni Wahyuhadi mengatakan, warna hitam menunjukkan kasus Covid-19 di daerah tersebut lebih dari 1.025 kasus.
"Semakin banyak catatan kasusnya, warna di peta sebaran akan semakin pekat hingga berwarna hitam," ujar Joni di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (2/6/2020).
Baca: Sebaran Virus Corona di Indonesia Rabu (3/6/2020): 187 Pasien Sembuh di DKI, 183 Kasus Baru di Jatim
Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M Fikser mengaku heran dengan warna hitam tersebut.
Menurutnya, tidak ada indikator ilmiah tentang pelabelan zona hitam untuk Kota Surabaya.
"Pertanyaan saya, Jakarta yang angkanya di atas Surabaya, ada enggak warnanya hitam? Itu pertanyaan saya, ini yang tadi didiskusikan," kata Fikser dikutip dari Kompas.com, Rabu (3/6/2020).
Fikser mengingatkan, pemberian warna tak bisa dilakukan sesuka hati. Hal itu harus berdasarkan landasan keilmuan yang pasti.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur pun diminta menjelaskan makna warna dalam peta penyebaran Covid-19 tersebut.
Fikser menyebut DKI Jakarta saja tak memasang warna hitam, namun masih warna merah dalam peta penyebaran Covid-19 mereka.
"Ini yang bikin kita jadi bertanya, kenapa Surabaya dikasih itu (warna hitam). Seharusnya dikasih alasan-alasan di Provinsi Jatim," ujar dia.
Fikser menyayangkan penetapan warna hitam dalam peta penyebaran Covid-19.
Padahal, Pemkot Surabaya terus bekerja untuk menekan dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
"Kita ini bekerja dan kerja kita ini betul-betul bisa dilihat. Jadi kalau kita sih, kita menyayangkan warna hitam itu karena secara keilmuan tidak dijelaskan," kata dia.
Fikser mengaku tak tahu alasan Pemprov Jatim memberikan warna tersebut.
"Kan yang kasih warna ini Pemprov Jatim, kalau ditanyakan ke kami, kami enggak bisa ngomong, karena bukan kami yang bikin. Mereka yang menentukan," jelas Fikser.
Baca: 7 Kasus Corona di Klub Barcelona, Pihak Liga Spanyol Turun Tangan
Dia pun bertanya warna apa yang akan diberikan Pemprov Jatim kepada Surabaya setelah hitam.
"Nanti setelah warna hitam, dikasih warna apalagi? Kita hanya ingin membuka tabir pandemi ini dengan cara rapid test dan swab, lalu dipisahkan, diberikan penyembuhan di semua titik," jelas dia.
Fikser juga menyebut bahwa penetapan Surabaya sebagai zona hitam bertolak belakang dengan penjelasan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo.
Dalam kunjungannya kemarin, Terawan kagum dengan cara Pemkot Surabaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Selain rapid test massal, Pemkot Surabaya juga memisahkan dan memetakan warga yang positif dan negatif Covid-19.
Sementara Doni Monardo menilai, peningkatan kasus positif di Surabaya terjadi karena kerja keras mengambil sampel cairan tenggorokan pasien dari berbagai wilayah.
"Itu kan sudah dijelaskan sama Pak Menteri, ini Menteri Kesehatan yang ngomong. Tiba-tiba Surabaya diberi zona hitam. Berarti Pak Menteri ngomongnya keliru dong. Ini yang membuat kita bingung," kata Fikser.
Pemkot Surabaya terus melakukan rapid test dan tes swab massal di beberapa tempat atau wilayah yang diduga berpotensi menjadi sumber penularan virus corona.
Baca: 86 Balita di Jawa Timur Positif Corona, Ini Kata Ketua Tim Kuratif Gugus Tugas Penanganan Covid-19
Dengan cara itu, pihaknya bisa mengetahui jumlah hasil rapid test dan tes swab yang sudah dilakukan.
Sehingga, Pemkot Surabaya tahu wilayah mana yang harus diprioritaskan dalam penanganan Covid-19.
"Kita tahu mana yang harus kita fokuskan, ada peta penanganan yang jelas dan kita sudah tahu sasarannya siapa mereka yang harus kita perhatikan. Nah, di situlah fokus pemerintah untuk melakukan penyembuhan-penyembuhan itu," kata Fikser.
Data Terbaru Kasus Covid-19 di Surabaya
Data terbaru yang diakses Tribunnews.com pada Rabu (3/6/2020) malam pukul 19.43 WIB, total kasus Corona di Surabaya kini sebanyak 2.803 kasus.
Rinciannya sembuh 540, dirawat 2007 dan meninggal 256 orang.
(Tribunnews.com/Daryono)