Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

RSPI yang Abadikan Nama Ibunya Dikenal Saat Wabah Covid-1, Ini Kata Putri Prof. Dr. Sulianti Saroso

Anindita Rosyanti Saroso, putri Julie Sulianti Saroso bercerita, nama mendiang ibunya memang membanggakan segenap anggota keluarga.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in RSPI yang Abadikan Nama Ibunya Dikenal Saat Wabah Covid-1, Ini Kata Putri  Prof. Dr. Sulianti Saroso
TRIBUN/HO/DOKUMENTASI KELUARGA
Putri Sulianti Saroso, Anindita Rosyanti Saroso. TRIBUNNEWS/HO/DOKUMENTASI KELUARGA 

Bapak saya adalah seorang politikus yang tidak disukai Soekarno. Orang PSI, anak buah Sultan Syahrir
dan sebagainya. Bapak itu namanya dokter Saroso Wiradi Hardjo.

Sulianti Saroso berfoto bersama suami dan keluarganya. Sulianti lahir pada 10 Mei 1917 di Karangasem, Bali, dan meninggal dunia pada 29 April 1991. Namanya kemudian diabadikan menjadi nama sebuah rumah sakit. Yaitu, Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso. TRIBUNNEWS/HO/DOKUMENTASI KELUARGA
Sulianti Saroso berfoto bersama suami dan keluarganya. Sulianti lahir pada 10 Mei 1917 di Karangasem, Bali, dan meninggal dunia pada 29 April 1991. Namanya kemudian diabadikan menjadi nama sebuah rumah sakit. Yaitu, Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso. TRIBUNNEWS/HO/DOKUMENTASI KELUARGA (TRIBUN/HO/DOKUMENTASI KELUARGA)

Poisisi ibu Anda sebagai istri dari politikus yang tidak disukai Soekarno saat itu bagaimana?

Saat keadaan politik bapak agak dipersulit untuk maju di Departemen Kesehatan, ibu justru menerima
beasiswa ke Tulane University untuk mengambil gelar master dan doktornya.

Dari Tulane ibu pulang ke Indonesia. Saat itu masih jaman Soekarno, dan dia tidak dapat tempat di Departemen Kesehatan, terimbas karena ibu itu istri si dokter Saroso ini.

Ibu saya kemudian ditawari Tulane University untuk jadi Associate Professor, mengajar di Tulane.

Dari situ ibu berangkat lagi ke Amerika, untuk mengajar. Dalam perjalanan pulang, karena anak-anaknya
sekolah di Swiss pasca kudeta, ibu saya sempat mampir ke Swiss.

Di sana ibu saya melamar pekerjaan ke WHO karena bapak bilang sudah tidak tahan di Indonesia. Dari
situ ibu saya diterima dan mau pindah ke Swiss. (tribun network/lucius genik)

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas