Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Muncul Lonjakan Kasus Corona di Indonesia, Ahli Epidemiologi Sebut Penerapan PSBB Tidak Maksimal

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi, DR Dr Hariadi Wibisono memberikan pandangannya terkait tren kenaikan kasus corona di Indonesia.

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Muncul Lonjakan Kasus Corona di Indonesia, Ahli Epidemiologi Sebut Penerapan PSBB Tidak Maksimal
Surya/Ahmad Zaimul Haq
Penumpang menunggu keberangkatan bus di Terminal Purabaya, Bungurasih, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (9/6/2020). Usai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahap 3 di Surabaya Raya, teminal terbesar di Jatim itu mulai beroperasi dengan penerapan tatanan normal baru (new normal) dan persyaratan memenuhi protokol kesehatan. Surya/Ahmad Zaimul Haq 

TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi, DR Dr Hariadi Wibisono memberikan pandangannya terkait kenaikan kasus corona di Indonesia.

Berdasarkan laporan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dalam dua hari terakhir, lonjakan kasus terkonfirmasi positif tembus angka 1.000 kasus.

Penambahan kasus sebanyak 1.042 terjadi pada 9 Juni 2020 dan pada 10 Juni ada 1.241 kasus baru.

Baca: Masyarakat Salah Artikan Makna New Normal Sebabkan Lonjakan Kasus Corona? Ini Penjelasannya

Hariadi menilai, satu faktor penyebab kenaikan kasus ini bisa jadi disebabkan belum terwujudnya pelaksanaan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara maksimal.

Ia mengatakan jika kebijakan tersebut tidak dioptimalisasi, maka angka kenaikan kasus tidak dapat terhindarkan.

Baca: Kasus Baru Corona Tembus 1.000 per Hari, Jokowi Peringatkan, Anies Sebut Lonjakan Bukan di Jakarta

"Saya kembali mencoba merumuskan apa prinsip dari PSBB, yaitu prinsip menjauhkan dari kerumuman."

"Selama (PSBB) tidak terwujud dengan sempurna, artinya orang masih kontak satu sama lain, pasar masih ramai."

BERITA REKOMENDASI

"Maka transmisi masih terjadi angka kenaikan kasus jadi satu konsekuensinya, angka berapa? Tergantung berapa intens penularan itu terjadi," urainya dikutip dari channel YouTube tvOne, Kamis (11/6/2020).

Baca: Setelah Kasus Baru Tembus 1.000 per Hari, Jokowi Beri Peringatan, Anies Sebut Bukan Lonjakan di DKI

Hariadi menjelaskan, penerapan PSBB selama ini belum terwujud seperti yang diharapkan, apalagi ditambah adanya langkah pelonggaran.

"Selama PSBB belum berhasil dan optimal dilaksanakan. Pelonggaran itu akan meningkatkan transmisi."

"Kita lihat pada waktu PSBB saja lalu lintas masih ramai," bebernya.

Ketua Umum Perhimpuna Ahli Epidemologi Indonesia, DR. Dr Hariadi Wibisono
Ketua Umum Perhimpuna Ahli Epidemologi Indonesia, DR. Dr Hariadi Wibisono (YouTube TvOneNews)

Hariadi dalam kesempatan tersebut juga menyoroti angka kenaikan kasus terkonfirmasi positif corona juga dapat berasal dari masyarakat salah mengartikan makna new normal itu sendiri.

"Pemahaman masyarakat umum terhadap new normal masih dianggap normal, padahal sama sekali tidak demikian."

"Normal kondisinya berbeda dengan new normal," ucapnya. 

Hariadi melanjutkan, dalam kondisi normal masyarakat boleh keluar rumah tanpa mengindahkan protokol kesehatan.

Mulai dari tidak cuci tangan, tidak menggunakan masker atupun tidak perlu menerapkan prinsip social distancing dan physical distancing.

"Waktu normal Anda boleh kerluar tanpa masker, tidak cuci tangan, Anda masuk kerumunan tidak apa-apa."

"Tapi di new normal itu menjadi syarat, tidak boleh masuk ke kerumunan, gunakan masker, dan cuci tangan."

"Kalau itu tidak terpenuhi, new normal merupakan penyebab penularan yang semakin tinggi," imbuhnya.

Terkait angka penularan, Hariadi juga memberikan pandangannya.

Ia mengatakan selama penularan masih terjadi, maka permasalahan Covid-19 di Indonesia itu belum selesai.

"Bisa satu orang ke satu orang, satu orang ke dua orang, satu orang ke tiga orang."

"Selama masih satu orang menularkan ke orang lain, berarti masalah belum selesai," tandasnya .

Baca: Apa yang Membuat Indonesia Kembali Laporkan Kasus Harian Tertinggi? Ini Kata Jubir Achmad Yurianto

Data Kasus Corona per Tanggal 10 Juni 2020

Jumlah kasus Covid-19 atau virus corona di Indonesia masih terus bertambah.

Data yang dihimpun pemerintah hingga Rabu (10/6/2020), menyebut ada tambahan 1.241 kasus baru pasien positif corona di Indonesia dalam 24 jam terakhir.

Sehingga kasus positif berjumlah 34.316 orang.

Angka ini adalah rekor tertinggi pertambahan kasus sejak virus corona muncul di Indonesia.

Pasien sembuh bertambah 715 orang, sehingga total kasus sembuh 12.129 orang.

Adapun kasus kematian bertambah 36, sehingga total kasus kematian 1.959 orang.

Juru Bicara (Jubir) Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona (Covid-19), Achmad Yurianto
Juru Bicara (Jubir) Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona (Covid-19), Achmad Yurianto (https://covid19.go.id/)

Baca: IDI Berduka, Dokter Miftah Fawzy Meninggal Dunia Berstatus Positif Covid-19 di RS Soetomo Surabaya

Demikian yang disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers dilansir Metro TV, Rabu.

"Penambahan kasus ini didapatkan karena keagresifan dalam tracing yang dilakukan," ujar Yurianto.
Berikut 5 Provinsi dengan tambahan tertinggi pada 10 Juni 2020.

1. Jawa Timur bertambah 273 kasus, 97 sembuh.

2. Sulawesi Selatan bertambah 189, 53 sembuh.

3. DKI Jakarta bertambah157, 146 sembuh.

4. Jawa Tengah bertambah 139, 118 sembuh.

5. Kalimantan Selatan bertambah 127, 10 sembuh.

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan/Wahyu Gilang P)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas