Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ikatan Dokter Anak Indonesia Sarankan Masuk Sekolah Ditunda Hingga Tahun Depan

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan kegiatan pembelajaran di sekolah ditunda hingga tahun depan.

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Ikatan Dokter Anak Indonesia Sarankan Masuk Sekolah Ditunda Hingga Tahun Depan
AFP/Chaideer Mahyuddin
Siswa mengantre untuk menjalani rapid test Covid-19 yang digelar di SMK Mahyal Ulum Al-Aziziyah, Sibreh, Aceh, Kamis (11/6/2020). Rapid test dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya siswa yang terpapar virus corona (Covid-19). AFP/Chaideer Mahyuddin 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia akan memasuki fase ‘normal baru’ atau ‘new normal’ setelah kurang lebih 3 bulan sebagian wilayah Indonesia menerapkan pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19).

Semua sektor akan kembali melakukan aktivitas namun dengan sejumlah protokol kesehatan, termasuk dalam  sektor pendidikan. Namun, sektor pendidikan menjadi sektor terakhir untuk menuju normal baru.

Dalam hal ini, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan kegiatan pembelajaran di sekolah ditunda hingga tahun depan.

“Dari IDAI dengan jelas sebaiknya jangan masuk dulu setidaknya sampai Desember 2020,” ujar Dokter Catherine Mayung Sambo dari IDAI yang juga merupakan Satgas Covid-19 dalam diskusi online ‘Kenormalan Baru Di Satuan Pendidikan’, Senin (15/6/2020).

Dokter Mayung menjelaskan normal baru dalam dunia pendidikan membutuhkan adaptasi dan mindset bahwa normal baru bukan kembali menjalani kehidupan yang lama, tanpa Covid-19.

Baca: Pendidikan Jadi Sektor Paling Terakhir Dibuka Pemerintah Saat New Normal, Ini Alasannya

Namun, IDAI meminta adanya panduan-panduan terkait normal baru, seperti dengan adanya pembatasan fisik dan jaga jarak minimal 6 kaki, serta protokol kesehatan di sekolah.

“New normal lebih cocok menggunakan istilah adaptasi kebiasaan baru yang  menuju masyarakat produktif dan aman Covid -19. Kita berharap masyarakat mengikuti panduan itu,” ujarnya.

BERITA REKOMENDASI

Hal tersebut menurutnya perlu ditanamkan juga pada mindset anak-anak agar bisa tetap terjaga dan tetap bisa mendapatkan hak pendidikan dengan baik.

“Anak-anak mulai yang masih kecil hingga yang masuk usia sekolah maupun remaja itu sedang dalam proses tumbuh kembang dan dengan mindset bagaimana cara menjaga kesehatan secara benar, serta bagaimana menjaga diri supaya tetap sehat dan  menjaga jarak agar tetap produktif.”

IDAI membagikan sejumlah kriteria yang bisa jadi rekomendasi pemerintah untuk mempertimbangkan apakah PSBB bisa dilonggarkan atau sekolah bisa kembali dibuka.

Pertama yaitu terkait pengendalian wabah, apakah di suatu wilayah wabah sudah bisa terkendali, menurutnya itu yang bisa menjawab adalah dinas kesehatan dan pemerintah daerah setempat.

“Jadi tidak hanya tentang warna apa rumah saya. Hijau, kuning, merah atau oranye, tapi juga ikut melihat trending warna kasusnya. Ketika kasus masih melonjak, kami dari IDAI menyarankan jangan dulu pergi sekolah,” ungkapnya.

Kedua, apakah sistem kesehatan daerah setempat dapat menangani kasus Covid-19.

Dalam hal ini dokter Mayong merujuk kepada kesiapan rumah sakit rujukan pemerintah untuk menanggulangi pasien Covid-19.

“Lebih simplenya kalau ada yang sakit dirumah, berobatnya kemana? Rujukan berfungsi atau tidak? Kalau misalnya tidak atau jumlah RS yang bisa merawat pasien Covid -19 sedikit, mohon dipertimbangkan dengan agresif jangan masuk sekolah dulu,” ujarnya menegaskan.

Lalu selanjutnya terkait sistem surveillance atau tes PCR maupun tes swab untuk memastikan setiap murid, guru maupun stakeholder yang berada di lingkungan sekolah terbebas dari Covid-19.

“Karena pembawa virus orangnya sehat, tapi kita tidak tau hasil swabnya positif atau negative. Yang bisa menularkan itu yang positif, artinya ditengah-tengah kita mungkin ada yang positif meski tanpa gejala. Ini mindset yang sangat penting disampaikan,” ujarnya.

IDAI mendukung sistem belajar dari rumah yang dicetuskan Kemendikbud. Namun, sambil memantau hal-hal yang perlu dikenali dari penerapan kegiatan belajar dari rumah.

Misal terkait psikologi anak selama belajar dari rumah dan lain sebagainya. Supaya dapat beradaptasi dan mengenali tantangan-tantangannya agar bisa diatasi, serta bisa kembali produktif  nantinya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas