Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tempat Wisata Ramai saat Kebijakan New Normal Mulai Diberlakukan, Efek Aktivitas Terbatas saat PSBB?

Sosiolog UNAIR Bagong Suyanto memberikan tanggapan ramainya tempat wisata saat kebijakan new normal mulai dilaksanakan.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
zoom-in Tempat Wisata Ramai saat Kebijakan New Normal Mulai Diberlakukan, Efek Aktivitas Terbatas saat PSBB?
Tribunjogja.com/Hasan Sakri Ghozali
Pesepeda menggunakan masker saat beraktivitas di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, Senin (8/6/2020). Pemda DIY telah mengeluarkan aturan bagi warga wajib menggunakan masker saat beraktifitas di luar rumah untuk mengurangi paparan virus Corona. 

"Sebenarnya tidak hanya terjadi di wilayah Jakarta saja, di Yogyakarta juga mengalaminya."

"Ini mungkin bentuk euforia setelah tiga bulan mereka PSBB dirumah, aktivitasnya dibatasi, jadi seolah mereka merayakan kebebasan itu," ungkap Bagong kepada Tribunnews, Senin (15/6/2020).

Pesepeda menggunakan masker saat beraktivitas di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, Senin (8/6/2020). Pemda DIY telah mengeluarkan aturan bagi warga wajib menggunakan masker saat beraktifitas di luar rumah untuk mengurangi paparan virus Corona.
Pesepeda menggunakan masker saat beraktivitas di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, Senin (8/6/2020). Pemda DIY telah mengeluarkan aturan bagi warga wajib menggunakan masker saat beraktifitas di luar rumah untuk mengurangi paparan virus Corona. (Tribunjogja.com/Hasan Sakri Ghozali)

Baca: 68 Warga Tak Pakai Masker Diminta Tinggalkan Kawasan Malioboro Yogyakarta

Tetapi, menurut Bagong, tindakan yang dilakukan masyarakat tersebut sangat berisiko.

Sebab, bisa saja membuat ancaman gelombang virus corona baru di wilayah tersebut.

Penyebab lain masyarakat nekat melakukan itu, kata Bagong, karena memandang virus corona bukanlah sebuah ancaman.

"Masyarakat kita ini konstruksinya berbeda, mereka melihat ancaman yang ditakuti itu kasat mata."

"Jadi kaya virus corona dianggap tidak kasat mata."

Berita Rekomendasi

"Itu yang membuat banyak masyarakat memilih beraktivitas tanpa memenuhi protokol kesehatan," tutur dosen di Departemen Sosiologi FISIP Universitas Airlangga ini.

Ilustrasi virus corona. Herd immunity adalah kondisi ketika sebagian besar kelompok atau populasi manusia kebal terhadap suatu penyakit karena sudah pernah terpapar dan sembuh dari penyakit tersebut.
Ilustrasi virus corona. Herd immunity adalah kondisi ketika sebagian besar kelompok atau populasi manusia kebal terhadap suatu penyakit karena sudah pernah terpapar dan sembuh dari penyakit tersebut. (Pixabay/Tumisu)

Lantas bagaimana peran pemerintah seharusnya?

Bagong melanjutkan, alangkah lebih baik bila pemerintah mengintropeksi diri.

Terutama bagian pendekatan kepada masyarakat agar menaati kewajiban protokol kesehatan.

"Saya kira pemerintah harus intropeksi."

"Karena pendekatan yang dikembangkan pemerintah itu lebih pada pendekatan yang sifatnya regulatif dan kognitif yang mengancamkan sanksi," paparnya.

"Kalaupun meminta masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan, itu lebih ditempatkan sebagai kewajiban," sambung Bagong.

Baca: Italia Buka Gerbang untuk Pelancong Eropa, Ini Daftar Kawasan Wisata yang Sudah Dibuka

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas