Hadapi Kehidupan di Tengah Pandemi Dengan Berpikir Positif dan Aksi Nyata
Pada saat ini, masyarakat dapat menumbuhkan dalam dirinya berpikir positif dan aksi nyata terhadap kebiasaan baru.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pandemi COVID-19 berdampak terhadap kehidupan masyarakat. Masyarakat merasakan dampak kompleks pandemi tak hanya di sektor ekonomi tetapi sosial dan budaya.
Pada saat ini, masyarakat dapat menumbuhkan dalam dirinya berpikir positif dan aksi nyata terhadap kebiasaan baru.
Motivator Merry Riana menyampaikan bahwa berpikir positif dan aksi nyata dibutuhkan dalam menghadapi kebiasaan baru. Pertama, ia mengakui bahwa berpikir positif saja tidak cukup berhasil untuk beradaptasi pada tatanan baru ini.
“Walaupun sebenarnya saya seorang percaya pada personal development, dan saya selalu percaya bahwa kita harus berpikir positif, merasakan hal yang positif, tetapi kadang berpikir positif itu juga ada tempatnya dan ada batasnya,” ujar Merry di Media Center Gugus Tugas Nasional di Jakarta, pada Selasa (16/6).
Ia menganalogikan seorang perempuan yang terpaksa pulang tengah malam. Ketika perempuan akan melewati sebuah gang kecil tampak dua orang dengan memegang golok. Gang tersebut gelap tanpa diterangi lampu.
Baca: Istri KSAD Andika Perkasa Kaget Petugas Kebersihan Makam Sakit saat Covid: Kok Nggak Bilang Saya
Baca: Doni Minta Masyarakat Bantu Tenaga Medis dengan Membentengi Diri Sendiri dari Covid-19
Baca: Pemerintah Alihkan Laboratorium Flu Burung Menjadi Tempat Pengembangan Vaksin Covid-19
“Saya tanya, apakah Anda masih berpikir positif, dan merasa tenang bahwa tidak terjadi apa-apa. Apakah anda tetap akan melakukan hal seperti itu? Mungkin anda akan berpikir, ada jalan lain,” ucapnya.
Ia menambahkan apabila gang ini gelap, mungkin ada jalan lain yang lebih terang.
“Mungkin ada jalan lain yang harus memutar lebih jauh tapi lebih aman. Anda tidak mau mengambil risiko,” lanjut Merry.
Analogi ini juga perlu diterapkan dalam menghadapi situasi di tengah pandemi. Merry melanjutkan bahwa sekarang ini masyarakat berbicara masa transisi, seperti pembukaan mal dan kantor di Jakarta, dan beberapa tempat yang kembali buka sejak 15 Juni.
Menurut Merry, masa transisi dengan dibukanya kembali tempat-tempat itu sebagai kabar baik. Namun, ia mengingatkan bahwa mal dan kantor yang mulai beroperasi itu kembali beroperasi bukan karena pandemi sudah berhasil dilawan.
“Bukan. Tapi karena roda ekonomi dan roda kehidupan harus terus berjalan. Ingat ya, bukan berarti kita sudah menang melawan pandemi,” pesannya.
Ia mengatakan bahwa perjuangan tetap berjalan dan tetap waspada, hati-hati dan disiplin. “Positive thinking boleh, harus malah, tapi dengan takaran yang benar. Jangan berpikir tenang aja nggak bakalan sakit. Tenang aja, kan positive thinking nggak bakal tertular kok. Yakin deh,” ucapnya.
Namun ia menegaskan bahwa tidak boleh seperti itu. Masyarakat tetap harus mengikuti protokol kesehatan yang sudah diberlakukan.
“Ingat lebih baik mencegah daripada mengobati. Walaupun mungkin sekarang the new normal can be better normal. Walaupun mungkin kesannya ribet, banyak sekali yang harus dilakukan tapi itu untuk kebaikan kita semua,” lanjutnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.