Tak Boleh Sembarangan Dikonsumsi, Dokter Spesialis Paru: Dexamethasone untuk Pasien Covid-19 Kritis
Dexamethasone diyakini mampu melumpuhkan covid-19. Benarkah? Ternyata di Indonesia pun sudah diberikan apda pasien virus corona, efektifkah?
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Saat wabah virus corona atau covid-19 masih belum ada vaksinnya, ada kabar gembira dari Inggris tentang obat virus mematikan ini.
Dexamethasone diyakini mampu melumpuhkan covid-19. Benarkah?
Tercatat 5.000 pasien positif virus corona (Covid-19) sembuh di negeri itu dan kabarnya kesembuhan mereka berkat penggunaan obat Dexamethasone.
Itulah kenapa obat Dexamethasone belakangan ini jadi perhatian dunia sekaligus angin segar berupa kabar gembira.
Sebab, hingga kini belum ada satu pun lembaga yang mengklaim telah menemukan vaksin atau obat mengatasi virus corona.
Mengenai keberhasilan itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) angkat bicara terkait Dexamethasone.
"Ini adalah pengobatan pertama yang ditunjukkan untuk mengurangi angka kematian pada pasien dengan Covid-19 yang membutuhkan dukungan oksigen atau ventilator," ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dikutip dari Who.int.
Baca: Fakta-fakta Obat Dexamethasone, Diklaim Mampu Tingkatkan Peluang Bertahan Hidup Pasien Covid-19
Baca: Pasha Ungu Terpisah 3 Bulan dengan Keluarga karena Covid-19, Tak Boleh Peluk Istri Saat Bertemu
Menyikapi obat Dexamethasone yang viral di berbagai media pemberitaan, ternyata obat ini juga sudah dipakai di Indonesia kepada pasien positif corona.
Dokter spesialis paru, dr. Erlang Samoedro, Sp.P. membenarkan obat ini memang efektif untuk pasien-pasien kritis pasien virus corona.
"Obat ini sudah dipakai kok di Indonesia, tapi untuk pasien-pasien kritis. Sementara untuk Klorokuin digunakan untuk pasien ringan sampai sedang," ujarnya saat dihubungi KompasTV, Kamis (18/6/2020).
Lantas bagaimana hasilnya?
Dokter Erlang yang disibukkan dengan merawat pasien corona menjelaskan secara bijak, bahwa penggunaan obat tidak selalu bisa menolong jiwa pasien ataupun menyembuhkan, karena kesembuhan dinilainya juga terkait dengan banyak faktor.
"Tentu ada hasilnya yang sembuh, dan ada juga yang tidak. Untuk berapa jumlah perhitungannya, saya belum ada datanya," tegasnya.
Harus resep dokter