Guru Besar UI: Efek Polusi Udara Bisa Memperparah Risiko Kematian di Tengah Pandemi
polusi udara bisa berkontribusi terhadap penurunan sistem imunitas tubuh yang cenderung membuat mudah terpapar virus.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guru Besar Universitas Indonesia dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Prof. Dr. Budi Haryanto, SKM, M.Kes, M.Sc menjelaskan efek polusi udara dapat memperparah risiko kematian di tengah pandemi Covid-19.
"Dari hasil penelitian efek polusi udara ternyata 60 persennya lebih concern pada dampak kesehatan, jadi dampak lainnya itu sisanya," kata Prof Budi dalam diskusi virtual yang dihelat YLKI, Sabtu (27/6/2020).
Menurutnya, polusi udara bisa berkontribusi terhadap penurunan sistem imunitas tubuh yang cenderung membuat mudah terpapar virus.
Baca: Wamendes: Semua Pihak Punya Kontribusi Putus Mata Rantai Covid-19
Dalam penelitiannya masyarakat di Tangerang sebanyak 21 persen mengalami ketidaknormalan fungsi paru akibat polusi udara, bahkan di Makassar mencapai 24 persen.
"Ini sampel yang kita ambil cukup besar sehingga sudah representatif. Kita perlu ingat bahwa paru-paru yang sudah rusak itu tidak akan bisa menjadi normal kembali," tuturnya.
Dia menerangkan penyebab rusaknya paru-paru itu karena terlalu lama menghirup polusi yang mengandung chemical, bisa jadi berbulan-bulan hingga puluhan tahun.
"Di Jakarta Timur dalam hasil studi KLHK ketidaknormalan fungsi paru sebanyak 23 persen. Hal ini juga terjadi kepada anak-anak dengan kategori penyakit ispa (infeksi saluran pernapasan) selama sembilan hari sekali dalam tiga bulan," terangnya.
Prof Budi mengambil contoh kasus lainnya seperti terjadi di Filipina dan India yang di mana banyak orang rentan meninggal karena Covid-19 akibat penyakit bawaan yang disebabkan polusi udara.
Berdasarkan Studi Harvard, lanjutnya, NEJM April 2020 menuliskan risiko kematian pasien Covid-19 4,5 kali lebih banyak di wilayah polusi PM2,5.
Data 2002-2009 PM2,5 di 3080 Kabupaten/Kota atau 98 persen populasi di Amerika Serikat menunjukkan 15 persen mereka yang terpapar PM2,5 jangka panjang lebih mungkin meninggal karena Covid-19.
Kemudian, 12 persen kematian akibat Covid-19 di Italia terjadi di daerah tinggi polusi udara sedangkan di seluruh Italia secara keseluruhan sebesar 4,5 persen.
Masih di wilayah Eropa tingkat pencemar udara setelah Italia, Prancis, Spanyol dan Jerman, tingkat kematian 83 persen juga disebabkan efek polusi udara.
"Polusi udara meningkatkan angka kematian yang tinggi. European Public Health Alliance menyatakan polusi udara mengurangi peluang seseorang bertahan hidup dari wabah corona," kata dia.