Kepanasan di Balik Pakaian APD hingga Dimaki Pasien, Cerita Perawat di RSD Wisma Atlet Kemayoran
Kini D sudah pulang ke rumah, dia direncanakan akan kembali bertugas di Wisma Atlet pada September mendatang.
Editor: Hasanudin Aco
Perasaan dongkol pun muncul di antara D dan perawat lain.
Bayangkan saja, sudah seharian bekerja, lelah memuncak, jumlah pasien meningkat, ditambah lagi harus menghadapi orang seperti ini.
Namun, emosi itu harus diredam dan sebisa mungkin tetap melayani pasien dengan ramah.
“Sampai kita bilang, ‘Ya sudah ibu maunya gimana? Kalau mau pulang, silakan ibu bikin surat pernyataan mau pulang paksa. Ibu bikin keteragan dari RT dan RW mau menerima ibu dengan statusnya masih positif’, akhirnya mereka enggak mau,” jelas dia.
Selain makian, tak jarang pula D dan perawat lain mendapat perlakuan baik dari pasien. Sesekali, pasien mengirimkan makanan untuk para perawat. Mungkin sebagai ucapan terima kasih karena mau bertugas dengan ikhlas.
Tentu D dan teman-temannya senang. Tindakan sederhana itu membuktikan bahwa masih ada yang mau menghargai lelahnya kerja para perawat.
Makanan itu kerap dikirim ke tower 2 dan 3 tempat para perawat tinggal.
“Jadi nanti makananya diantar ke satpam tower, baru ditanya makanannya atas nama siapa biar dianterin,” ujar D.
Perlakuan masyarakat
Kadang kala, rasa kecewa para perawat tidak timbul karena perilaku pasien saja. Masyarakat umum, bahkan kerap memperlakukan para perawat dengan tidak baik.
Disudutkan dan dijauhi masyarakat sering sekali dirasakan DA dan teman-teman perawat lainya.
D misalnya, ketika sedang tidak berdinas, dia menyempatkan diri beristirahat dan membeli minum. D yang masih berada di dalam lingkungan Wisma membeli minum di warung yang berada di luar, hanya pagar yang memisahkan mereka.
Namun, saat ingin membeli, D kerap kali tidak dilayani.
“Dia enggak mau melayani kita, gara-gara dia takut. Tapi orang lain dilayani,” ucapnya.