Banyak yang Kesakitan dan Tak Nyaman, Bolehkah Sampel Tes Swab Hanya di Mulut atau Hidung Saja?
Tes PCR yang mengambil sampel dari hidung dan mulut dianggap sebagian masyarakat tidak menyenangkan. Banyak yang kesakitan.
Editor: Anita K Wardhani
Laporan wartawan Wartakotalive.com, Lilis Setyaningsih
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tes PCR yang mengambil sampel dari hidung dan mulut dianggap sebagian masyarakat tidak menyenangkan. Banyak yang kesakitan.
Petugas yang akan mengambil sampel memasukan seperti cutton bud yang panjang lalu dimasukan ketika mulut terbuka sehingga petugas bisa menswab atau mengoles lendir yang ada di tenggorokan.
Begitu juga di hidung. pengambilan sampel lewat lubang hidung, alat seperti cutton bud dengan bulu-bulu tipis dimasukan ke lubang hidung dan diputar-putar.
Banyak masyarakat enggan melakukan tes PCR karena karena prosesnya tidak menyenangkan.
Saat live IG di radio kesehatan, Jumat (4/9/2020) ketika sesi diskusi tersebut ada pertanyaan, bolehkan pengambilan sampel hanya di mulut saja atau di hidung saja.
Baca: Kronologi Pengantin di Karanganyar Positif Covid-19 Usai Resepsi, 16 Orang Jalani Swab Test
Baca: Tes PCR Disebut Lebih Akurat DARI Rapid Tes, Mengapa? Ini Penjelasan Dokter Patologi Klinik
Dr Ida Parwati Dr SpPK(K), Phd, dokter spesialis patologi klinik dari RSUP Hasan Sadikin Bandung menjelaskan, untuk menghasilkan hasil yang akurat pengambilan sampel harus dilakukan dikedua lokasi tersebut, hidung dan mulut.
Dari berbagai penelitian yang paling banyak hasil positif itu ada di bagian hidung dibandingkan di rongga mulut, karena di rongga mulut lebih banyak bakteri lain yang bisa mempengaruhi reaksi.
Baca: Novel Baswedan Positif Covid-19, 10 Anggota Keluarga Jalani Swab Test
Baca: Bayi Perempuan yang Ibunya Positif Covid-19 akan Mejalani Test Swab
“Yang paling bagus diswab hidung, memang tidak menyenangkan karena sakit tapi itulah satu-satunya yang paling mudah dan aman daripada mengambil dari paru-paru. Di mulut juga harus dilakukan karena daripada harus mengeluarkan dahak. Dahak bisa menyebar ke mana-mana,” kata Prof Ida.
Selain sakit, ketika diambil sampel di hidung, juga bisa menimbulkan bersin-bersin. Hal itu normal dan bukan pertanda adanya hasil positif covid.
“Reaksi normal ketika habis swab hidung jadi bersin-bersin, karena sel-sel di hidung terganggu ketika tersentuh jadi reaksinya menjadi bersin-bersin. Tiap orang reaksinya beda-beda, terutama yang alergi biasanya jadi bersin-bersin. Tapi bukan tanda bahwa dirinya positif karena cuma dioles di permukaan saja dan tidak memasukan sesuatu,” jelas Prof Ida.
Menurutnya, saat sedang pilek juga tetap bisa dilakukan PCR tes. “Bersihkan dulu hidungnya lalu petugas bisa menswab untuk pengambilan sampel,” ujarnya.
Swab Lebih Akurat, Ini Alasannya
Seperti diketahui, ada dua tes yang dilakukan untuk pemeriksaan corona virus disease (Covid 19) yang biasa dilakukan yakni rapid tes dan swab tes (PCR = polymerase chain reaction).
Rapid tes yang ada di Indonesia, biasanya dilakukan sebagai skrining untuk mendapatkan hasil yang lebih cepat.