181 Tenaga Kesehatan Gugur Akibat Covid-19 , Begini Tanggapam Profesor Ari Fahrial Syam
Angka tersebut membuat Indonesia berada di jajaran negara dengan angka kematian tenaga kesehatan terbesar di dunia
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan wartawan Tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guru Besar Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Profesor Ari Fahrial Syam angkat bicara terkait tingginya angka kematian Tenaga Kesehatan (nakes) Indonesia akibat pandemi Virus Corona (Covid-19).
Menurut catatan Amnesty International Indonesia, setidaknya 181 nakes Indonesia meninggal dunia akibat Covid-19 hingga awal September 2020 ini, dengan rincian 112 orang dokter dan 69 perawat.
Angka tersebut membuat Indonesia berada di jajaran negara dengan angka kematian tenaga kesehatan terbesar di dunia.
"Waktu itu kita sudah warning, saya termasuk yang juga memberikan warning. Kalau memang jumlah kasus (Covid-19) tidak terkendali, maka tenaga medis (nakes) ini akan jadi korban," ucap Professor Ari Fahrial Syam saat dihubungi Tribunnews, Minggu (6/9/2020).
Baca: Beri Sanksi Berdoa di Kuburan Tengah Malam Bagi Pelanggar Protokol Covid-19, Ini Alasan Polisi
Professor Ari menjelaskan, angka kematian nakes yang mencapai ratusan ini sejalan dengan kasus Covid-19 yang meningkat secara eksponen pada periode Juli - September 2020.
Menurut data yang dikumpulkan FKUI, pada bulan Juli jumlah kasus Covid-19 nasional meningkat 15 ribu per 10 hari.
Pada bulan Agustus peningkatan kasus Covid-19 nasional menjadi 20 ribu per 10 hari.
Pada awal September ini peningkatan kasus Covid-19 Indonesia mencapai 30 ribu per 10 hari.
Baca: Beri Sanksi Berdoa di Kuburan Tengah Malam Bagi Pelanggar Protokol Covid-19, Ini Alasan Polisi
"Ini yang luar biasa. Artinya, ketika jumlah kasus ini meningkat drastis seperti saat ini, maka yang akan menjadi korban terlebih dahulu itu para tenaga medis, tenaga kesehatan," ucap Professor Ari.
"Mereka yang berisiko tinggi, bersentuhan langsung. Jadi kalau kita bicara soal kelompok-kelompok orang yang berisiko tinggi yaitu tenaga kesehatan. Kemudian orang usia lanjut, kemudian orang dengan komorbid," sambung dia.
Caption: Guru Besar Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Profesor Ari Fahrial Syam.