WHO Khawatir Nasionalisme Vaksin Menghambat Penghentian Penyebaran Covid-19
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menilai, program vaksin nasional bisa menghambat upaya penghentian pandemi Covid-19.
Penulis: Hari Darmawan
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menilai, program vaksin nasional bisa menghambat upaya penghentian pandemi Covid-19.
Menurutnya, vaksin harus digunakan secara adil dan efektif. Salah satunya melalui proyek vaksin global COVAX.
Mengutip dari laman Reuters, Senin (7/9/2020), Tedros berkata saat ini ada 78 negara kaya yang bergabung dengan rencana alokasi vaksin global COVAX, sehingga totalnya menjadi 170 negara.
Tedros juga mendesak negara lain, untuk bergabung dalam fasilitas ini sebelum 18 September 2020 sebagai komitmen yang mengikat.
Baca: WHO Pesimis Vaksin Corona Tersedia Sampai Pertengahan 2021
Baca: Trump Ingin Vaksin Covid-19 Tersedia Sebelum Pemilu AS, Kamala Harris: Hanya untuk Memoles Citra
"WHO bersama dengan aliansi vaksin GAVI memimpin fasilitas COVAX, yang bertujuan membantu membeli dan mendistribusikan suntikan vaksinasi di seluruh dunia," ucap Tedros.
Tetapi menurut Tedros, ada beberapa negara yang telah mengamankan pasokan vaksin untuk negaranya sendiri melalui kesepakatan bilateral seperti Amerika Serikat.
"Negara-negara ini, sudah memastikan tidak akan bergabung dengan COVAX. Nasionalisme vaksin akan memperpanjang pandemi, bukan memperpendeknya," kata Tedros.
Dengan kata lain, lanjut Tedros, prioritas pertama yang harus dilakukan adalah mengimunisasi beberapa orang di semua negara. Bukan memvaksin semua orang, tapi hanya di beberapa negara.
Tedros juga menyebutkan, kelompok yang menjadi prioritas mendapat vaksin paling awal adalah petugas kesehatan, orang tua lanjut usia dan mereka yang memiliki gangguan penyakit tertentu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.