Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pro Kontra Pernyataan Wakapolri Libatkan Preman Pasar untuk Penegakan Protokol Kesehatan

Pernyataan Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono soal pelibatan preman dalam penegakan protokol kesehatan di masyarakat menuai respons pro dan kotra.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Pro Kontra Pernyataan Wakapolri Libatkan Preman Pasar untuk Penegakan Protokol Kesehatan
Tangkap layar channel YouTube KompasTV
Wacana Wakapolri Rekrut Preman untuk Awasi Warga 

TRIBUNNEWS.COM - Pernyataan Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono soal pelibatan preman dalam penegakan protokol kesehatan di masyarakat menuai respons pro dan kotra.

Ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel menilai jika wacana tersebut benar-benar diterapkan akan timbul masalah.

"Gagasan yang terlalu berisiko jika direalisasikan," katanya kepada Tribunnews, Minggu (13/9/2020).

Reza Indragiri Amriel
Reza Indragiri Amriel (ISTIMEWA)

Reza melanjutkan penjelasannya, selama ini preman sudah mendapatkan label dari publik sebagai pelaku vigilantisme tidak mungkin berubah tabiat dan perilaku dalam waktu singkat.

Sehingga, alih-alih efektif sebagai pamong masker, lebih besar kemungkinan para preman menyalah gunakan kewenangan.

"Ujung-ujungnya, polisi selaku perekrut jeger yang rugi akibat tererosinya kepercayaan masyarakat," ujar Reza.

Pria yang juga sebagai konsultan Lentera Anak Foundation ini, mengajak masyarakat menafsirkan pernyataan Wakapolri dengan penuh empati.

Baca: Kritik Pelibatan Preman dalam Protokol Covid-19, Demokrat: Langkah Kontraproduktif

Berita Rekomendasi

Reza menyebut, polisi sesungguhnya pekerjaan superberat, terlebih di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini yang tak sebatas bekerja sebagaimana biasa, polisi sekarang harus menjalankan perpolisian Covid-19 (Covid-19 policing).

"Tidak hanya capek dengan tugas-tugas tambahan terkait pengendalian wabah di tengah masyarakat, personel polisi sendiri juga cemas menghadapi risiko tertular, jam kerja yang lebih panjang, dan itu berdampak terhadap kesehatan dan kebahagiaan mereka. Tapi itu bukan excuse. Pokoknya, polisi harus hadir. Itulah ekspektasi bahkan tuntutan yang kalau mau jujur kurang manusiawi juga," tegas Reza.

Ia melihat guncangan akibat perpolisian Covid-19 itu pula yang dirasakan oleh Wakapolri.

Reza memandang gagasan Wakapolri terdengar laksana rintihan.

"Rintihan yang menginsafkan kita bahwa ternyata bukan hanya dokter yang di masa pageblug ini menjadi pahlawan."

"Sebagai profesi yang tetap tidak boleh rehat di tengah wabah hebat, tampaknya polisi juga butuh penghargaan," tandasnya.

Baca: Menkes: Masih ada 1088 Tempat Tidur Kosong di DKI untuk Rawat Pasien Covid-19 Gejala Sedang

Dukungan dari Kriminolog

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas