Masker Kain Kini Berstandar SNI, 2 Lapis dan Wajib Cuci, Tidak Boleh Dipakai Lebih Dari 4 Jam
Masker kain menjadi alternatif untuk memproteksi tubuh agar tak mudah terpapar virus covid-19. Tak sembarangan masker kain, kini ada standarnya.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Masker kain menjadi alternatif untuk memproteksi tubuh agar tak mudah terpapar virus covid-19. Tak sembarangan masker kain, kini ada standarnya.
Badan Standardisasi Nasional (BSN) menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 8914:2020 Tekstil – Masker dari kain. Sesuai SNI, masker kain yang berlaku terdiri dari minimal dua lapis kain.
Dikutip dari laman resmi BSN, Rabu (23/9/20220), penetapan SNI ini berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 407/KEP/BSN/9/2020.
"SNI 8914:2020 Tekstil – Masker dari kain merupakan SNI baru yang disusun oleh Komite Teknis 59-01 Tekstil dan Produk Tekstil di Kementerian Perindustrian dalam rangka mendukung pencegahan penyebaran pandemi Covid-19 melalui penggunaan masker kain," ujar Deputi Bidang Pengembangan Standar BSN, Nasrudin Irawan.
Ia menjelaskan, masker kain bisa berfungsi dengan efektif jika digunakan dengan benar, antara lain untuk mencegah percikan saluran nafas (droplet) mengenai orang lain.
Saat ini, masker kain yang beredar di pasaran ada yang terdiri dari satu lapis, dua lapis dan tiga lapis. Contoh masker kain satu lapis yang banyak beredar adalah masker scuba atau buff.
"Namun, sesuai SNI, masker kain yang berlaku terdiri dari minimal dua lapis kain," jelasnya.
SNI 8914:2020 menetapkan persyaratan mutu masker yang terbuat dari kain tenun dan/atau kain rajut dari berbagai jenis serat, minimal terdiri dari dua lapis kain dan dapat dicuci beberapa kali (washable).
Meskipun demikian, dalam ruang lingkup SNI ini, terdapat pengecualian, yaitu standar ini tidak berlaku untuk masker dari kain nonwoven (nirtenun) dan masker untuk bayi.
"Standar ini tidak dimaksudkan untuk mengatasi semua masalah yang terkait dengan keselamatan, kesehatan dan kelestarian lingkungan dalam penggunaannya,” jelas Nasrudin.
Selain itu, pemilihan bahan untuk masker kain juga perlu diperhatikan, karena filtrasi dan kemampuan bernafas bervariasi tergantung pada jenis bahan.
Baca: Disentil Mendagri soal Masker N95, Wali Kota Depok: Kalau Ini Kesalahan Negara, Saya Buang
Baca: Tidak Semua Masker Kain Aman, Simak Penjelasannya
Baca: Mengenal Apa Itu Masker Scuba dan Buff? Masker yang Tidak Disarankan Dipakai untuk Lawan Corona
Efisiensi filtrasi tergantung pada kerapatan kain, jenis serat dan anyaman. Filtrasi pada masker dari kain berdasarkan penelitian adalah antara 0,7 % sampai dengan 60 %. Semakin banyak lapisan maka akan semakin tinggi efisiensi filtrasi.
Dalam SNI 8914:2020, masker kain dibagi kedalam tiga tipe, yaitu tipe A masker kain untuk penggunaan umum, tipe B untuk penggunaan filtrasi bakteri, dan tipe C untuk filtrasi partikel.
Adapun, pengujian yang dilakukan, diantaranya uji daya tembus udara dilakukan sesuai SNI 7648; uji daya serap dilakukan sesuai SNI 0279; uji tahan luntur warna terhadap pencucian, keringat, dan ludah; pengujian Zat warna azo karsinogen; serta aktivitas antibakteri.
Untuk pengemasan, menurut Nasrudin, masker dari kain ini dikemas per buah dengan cara dilipat dan/atau dibungkus dengan plastik.
Terkait penandaan pada kemasan masker dari kain sekurang-kurangnya harus mencantumkan merek; negara pembuat; jenis serat setiap lapisan; anti bakteri, apabila melalui proses penyempurnaan anti bakteri; tahan air, apabila melalui proses penyempurnaan tahan air; pencantuman label: ”cuci sebelum dipakai”; petunjuk pencucian; serta tipe masker dari kain.
"Penggunaan masker juga harus dilakukan dengan benar. Masker kain perlu dicuci setelah pemakaian dan dapat dipakai berkali-kali. Meski bisa dicuci dan dipakai kembali, masker kain sebaiknya tidak dipakai lebih dari 4 jam, karena masker kain tidak seefektif masker medis dalam menyaring partikel, virus dan bakteri,” tegas dia.
Dengan ditetapkan SNI masker kain, diharapkan dapat mengurangi penyebaran virus Corona serta diikuti dengan tindakan tetap mengikuti protokol kesehatan lainnya, yakni jaga jarak dan mencuci tangan menggunakan sabun dengan air yang mengalir.
Sama-sama Efektif Saring Virus, Ini Perbedaan Masker N95 dan KN95
Bagi sebagian besar masyarakat nampaknya sudah tidak asing lagi dengan yang namanya masker N95.
Ya, masker ini sering sekali digunakan para tenaga kesehatan (nakes) di masa pandemi karena efektif menghalau paparan virus corona (Covid-19).
Namun belakangan masyarakat awam dibuat penasaran dengan masker serupa N95, yaitu masker KN95. Sama-sama bertanda 95, apakah perbedaan kedua masker tersebut.
Sebelum menjawab hal itu, Center for Disease Control and Prevention (CDC) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat (AS), menyatakan bahwa kedua jenis masker ini mampu menyaring 95 % partikel kecil berukuran 0,3 mikron.
Diketahui partikel 0,3 mikron berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan droplet (percikan liur saat batuk, berbicara, atau bersin).
Karenanya baik masker N95 dan KN95 dinilai sangat efektif menyaring virus corona sehingga cocok digunakan para nakes yang bekerja di masa pandemi ini.
Lantas perbedaan kedua masker ini terletak dimana?
Mengutip artikel GridHEALTH.id yang disarikan dari Foxnews dan CDC, disebit perbedaan masker N95 dan KN95 rupanya terletak di bagaimana masker disertifikasi.
Sean Kelly, pendiri PPE of America, perusahaan berbasis di di New Jersey yang memproduksi pesan alat pelindung diri (APD) untuk tenaga kesehatan mengatakan, "N95 adalah standar AS dan KN95 adalah standar China alias dari luar AS."
Menurut penjelasan Kelly, masker N95 harus melalui proses pemeriksaan dan sertifikasi yang ketat dari sebuah divisi FDA yang disebut Institut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (NIOSH), Amerika Serikat.
Namun, karena tingginya permintaan APD selama pandemi ini, masker KN95 juga bisa diedarkan di AS.
Produsen KN95 harus mendapat persetujuan dari FDA melalui otorisasi darurat untuk sertifikasi asing selama memenuhi persyaratan filtrasi 95 %. Produsen juga harus menyerahkan dokumen terkait keaslian bahan yang digunakan.
Menurut beberapa laporan, untuk mendapatkan sertifikasi di China, masker KN95 juga melewati sejumlah aturan ketat.
Salah satunya uji kesesuaian masker dengan kebocoran kurang dari atau sama dengan 8%.
Kelly mengatakan, kendati N95 tidak memiliki persyaratan yang sama, tapi terdapat yang lebih ketat terkait penurunan tekanan saat bernapas.
Artinya, pengguna lebih mudah bernapas ketika menggunakan N95 dibandingkan KN95.
Perbedaan dua jenis masker ini terletak pada standar sertifikasi yang berlaku pada tiap negara, bukan berdasarkan tempat masker diproduksi. Sebab, sebagian besar masker N95 juga diproduksi di China.
Sebagai catatan baik masker N95 dan KN95 adalah jenis masker medis yang tak boleh digunakan sembarang orang terutama anak-anak atau orang dengan rambut wajah lebat.
Masker ini juga disarankan hanya digunakan sekali atau dua kali pakai saja
(Tribunnews.com/Rina Ayu/GridHEALTH.id /foxnews)