Kisah Bima Arya sebagai Pasien Corona Pertama di Bogor: Tanya Dokter Dijawab Belum Ada Obatnya
Bima mengaku hanya bisa bertanya ke pasien yang berada disebelahnya yaitu pasien 002 yang tak lain adalah stafnya sendiri.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wali Kota Bogor Bima Arya mengungkap kisahnya sebagai penyintas virus corona atau Covid-19.
Sebagai generasi awal-awal yang tertular Covid-19, Bima mengaku kesulitan untuk bertanya perihal sakit yang dideritanya. Apalagi dia adalah pasien nomor satu terkait Covid-19 di Kota Bogor.
"Jadi generasi saat ini yang menjalani ujian Covid-19 sebetulnya posisinya lebih baik daripada asadiguna awalun, seperti saya waktu itu. Karena saya itu kan pasien Covid-19 nomor satu di Bogor, kodenya 001. Jadi nggak ada tempat bertanya," ujar Bima, dalam diskusi Populi Center dan Smart FM Network bertajuk 'Covid-19: Suara Penyintas', Sabtu (26/9/2020).
Bima mengaku hanya bisa bertanya ke pasien yang berada disebelahnya yaitu pasien 002 yang tak lain adalah stafnya sendiri.
Menurutnya kondisi bagi pasien yang tertular pada generasi awal-awal cukup berat, karena tak ada alumni penyintas yang bisa memberikan masukan dan pengalaman.
"Belum banyak alumni (penyintas) yang bisa ngasih cerita. Jadi yang menyemangati adalah orang-orang yang belum pernah menjalani, jadi kondisi lebih berat," kata dia.
"Dalam hati saya kalau ada yang menyemangati seneng sih, tapi kata saya dalam hati 'lha ini orang kan nggak tahu beratnya seperti apa (tertular virus corona)'," imbuhnya.
Baca: Kasus Covid-19 Meningkat, Bima Arya Sebut Pusat dan Daerah Harus Kembalikan Sense of Crisis
Selain itu, Bima juga bercerita ketika menanyakan kepada dokter akan diobati apa dirinya setelah tertular Covid-19.
Namun jawaban yang datang dari dokter justru membuatnya heran.
"Bayangin ketika saya nanya ke dokter, dok saya ini diobatin apa? Dokternya cuma bilang gini, 'lha pak wali kan tahu bahwa ini belum ada obatnya'. Dokter aja jawabnya begitu," jelas Bima.
Oleh karena itu, Bima pun beranggapan bahwa ketika seseorang tertular virus corona maka sama dengan tengah menjalani ujian keimanan dan dimensi spiritual.
"Terus setelah itu ya udah, ujung-ujungnya seperti pak rektor jelasin tadi, ini semua soal keyakinan kita. Ujungnya ini lebih kepada ujian keimanan dan dimensi spiritual. Karena secara medis itu banyak yang ribet," tandasnya.