Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ditjen Pemasyakatan Ungkap 124 Narapidana Positif Covid-19

Sebanyak 124 narapidana penghuni lembaga pemasyarakan (lapas) dan rumah tahanan (rutan) positif terpapar Covid-19.

Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Ditjen Pemasyakatan Ungkap 124 Narapidana Positif Covid-19
freepik
Ilustrasi Covid-19 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 124 narapidana penghuni lembaga pemasyarakan (lapas) dan rumah tahanan (rutan) positif terpapar Covid-19.

Data tersebut diungkapkan Kepala Humas dan Protokol Direktorat Jenderal Pemasyakatan Kementerian Hukum dan HAM Rika Aprianti, Senin (5/10/2020).

Penyebabnya, kata Rika, lantaran para napi melakukan interaksi dengan petugas Lapas maupun Rutan.

"Saat ini jumlah penghuni lapas dan rutan yang terkonfirmasi positif adalah 124 orang," kata Rika dalam keterangannya, Senin.

Baca: Bantu Penanganan Covid-19, BIN Siagakan Satgas Medis

Rika mengatakan, narapidana yang mengidap Covid-19 telah dirawat di rumah sakit rujukan sesuai provinsi masing-masing.

Setiap direktorat lembaga pemasyarakatan telah bekerja sama dengan gugus tugas wilayah.

BERITA TERKAIT

"Di masing-masing wilayah juga ada gugus tugas khusus Kumham juga dan Ditjen PAS juga ada," ujarnya.

Kata Rika, narapidana yang terkonfirmasi positif Covid-19 juga langsung diberi penanganan sesuai protokol kesehatan.

Baca: Jokowi Apresiasi Peran TNI Bantu Hentikan Penyebaran Covid-19

Mereka dibawa ke luar lingkungan lapas maupun rutan untuk dirawat di rumah sakit rujukan Covid-19.

"Karena di lapas enggak ada rumah sakit khusus Covid-19," kata Rika.

Keseimbangan dan Optimisme Hadapi Pandemi Covid-19

Selama tujuh bulan terakhir pemerintah bekerja keras menghadapi pandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 yang melanda sekitar 215 negara itu membuat pemerintah harus bertindak cepat dalam mengatur keseimbangan antara penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi.

Melalui pernyataan yang diunggah di akun YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (3/10/2020), Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menegaskan sejak awal aspek kesehatan masyarakat merupakan prioritas utama pemerintah.

"Kesehatan masyarakat, kesehatan publik, tetap nomor satu, tetap yang harus diutamakan. Ini prioritas," ujarnya.

Baca: Jokowi: Sejak Awal Strategi Penanganan Covid-19 Mencari Titik Keseimbangan

Seiring dengan prioritas tersebut, pemerintah juga mengeluarkan tindakan untuk meminimalkan dampak ekonomi yang ditimbulkan akibat pandemi.

Menjadikan kesehatan masyarakat sebagai prioritas bukanlah berarti harus mengorbankan aspek ekonomi, apalagi bila hal itu berkaitan dengan kehidupan masyarakat luas.

"Jika kita mengorbankan ekonomi, itu sama saja dengan mengorbankan kehidupan puluhan juta orang. Ini bukan opsi yang bisa kita ambil. Sekali lagi, kita harus mencari keseimbangan yang pas," katanya.

Selama berbulan-bulan tersebut, pemerintah selalu berupaya memperoleh dan menjaga keseimbangan itu melalui langkah-langkah dan kebijakan yang diambil.

Baca: Mardani: Jokowi Perlu Terbitkan Perppu Pilkada untuk Pastikan Penerapan Protokol Kesehatan

Presiden menilai, penanganan pandemi di Indonesia tidaklah buruk.

Tentunya perbandingan yang digunakan untuk menilai hal itu haruslah tepat.

"Kalau Indonesia dibandingkan dengan negara kecil yang penduduknya sedikit, tentu perbandingan seperti itu tidak menggambarkan keadaan sebenarnya," kata Presiden.

Bila dibandingkan dengan negara-negara berpenduduk besar, kasus penyebaran dan tingkat kematian akibat Covid-19 di Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara-negara dalam kategori yang sama tersebut.

Baca: Pandemi Covid-19, Pengemis Gendong Anak Justru Kian Marak di Medan, Akui Penghasilan Meningkat

Berdasarkan data terakhir per 2 Oktober misalnya, Indonesia berada pada posisi 23 di tingkat kasus positif Covid-19 dari semua negara-negara di dunia dengan jumlah sebanyak 295.499 kasus.

Di atas Indonesia, terdapat sejumlah negara yang juga berpenduduk besar dengan jumlah kasus yang terpaut jauh bila dibandingkan negara kita.

Misalnya Amerika Serikat di peringkat pertama dengan 7.495.136 kasus, disusul India dengan 6.397.896 kasus, Brazil dengan 4.849.229, dan Rusia dengan 1.194.643 kasus.

"Dalam hal ekonomi, pencapaian kita juga tidak jelek. Ekonomi kita menurun, betul. Ini fakta. Tapi mana ada negara yang tidak menurun ekonominya (dalam situasi ini). Bahkan, ada banyak negara lain yang harus memikul beban ekonomi lebih parah," kata Kepala Negara.

Seperti di kawasan Asia Tenggara, pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal 2 2020 yang mencatat pertumbuhan negatif 5,3 persen masih lebih terjaga dibanding negara-negara tetangga yang di antaranya Malaysia dengan minus 17,1 persen, Filipina dengan minus 16,5 persen, Singapura yang minus 13,2 persen, hingga Thailand dengan minus 12,12 persen.

Adapun di tingkat global, juga banyak negara yang mengalami pertumbuhan negatif dengan angka yang jauh lebih besar seperti India yang bertumbuh negatif 23,9 persen hingga Amerika Serikat dengan pertumbuhan negatif 9,5 persen.

Hal-hal tersebut dan upaya keras yang dilakukan untuk menangani pandemi dengan menjaga keseimbangan di tiap aspeknya hendaknya membuat seluruh pihak untuk tidak kehilangan harapan dan tetap menjaga optimisme bahwa Indonesia dapat segera melalui tantangan besar ini.

"Ini harus kita ambil hikmahnya agar kita juga tetap optimistis dan tidak kehilangan harapan. Sekali lagi saya tegaskan, kita harus optimistis," ucap Jokowi.

Bersama kita lawan virus corona.

Tribunnews.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan.

Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas