Ketika Negara-negara di Dunia Beralih ke Rapid Test Antigen
Banyak negara beralih ke tes yang lebih cepat, lebih murah tetapi kurang akurat untuk menghindari keterlambatan hasil.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, ZURICH--Perjuangan hampir seluruh negara di dunia menghadapi gelombang kedua Covid-19.
Terkait itu, banyak negara beralih ke tes yang lebih cepat, lebih murah tetapi kurang akurat untuk menghindari keterlambatan dan kekurangan yang telah mengganggu upaya untuk mendiagnosis dan melacak mereka yang terinfeksi secara cepat.
Jerman, yang kini kasus positifnya melonjak sebanyak 4.122 pada Selasa (13/10/2020) menjadi total 329.453, telah mengamankan 9 juta alat tes antigen per bulan yang dapat memberikan hasil dalam hitungan menit dan biaya masing-masing sekitar 5 euro (5,90 dolar AS).
Secara teori, mencakup lebih dari 10% populasi.
Amerika Serikat dan Kanada juga membeli jutaan alat tes serupa, seperti halnya Italia, yang baru-baru ini melakukan tender untuk 5 juta alat tes itu dari 35 perusahaan.
Robert Koch dari Institute (RKI) Jerman sekarang merekomendasikan tes antigen untuk melengkapi tes PCR molekuler yang ada, yang telah menjadi standar untuk menilai kasus aktif.
Baca juga: Hasil Rapid Test Pengunjuk Rasa Banyak Reaktif, Satgas Imbau Tetap Perhatikan Protokol Kesehatan
Baca juga: Akses Segera Dibuka, WNI Masuk Singapura Tes PCR Dua Kali
Baca juga: Kurangi Ketergantungan PCR, LIPI Kembangkan RT-LAMP
Namun kini tes PCR ini juga telah mengalami kekurangan karena pandemi membuat banjirnya pengujian di laboratorium dan melampaui kapasitas produksi produsen.
Tes PCR mendeteksi bahan genetik dalam virus, sementara tes antigen mendeteksi protein di permukaan virus, meskipun keduanya dimaksudkan untuk mengambil infeksi aktif.
Jenis tes lain, untuk antibodi yang dihasilkan tubuh sebagai respons terhadap infeksi, dapat membantu mengetahui apakah seseorang pernah terpapar Covid-19 di masa lalu.
Seperti tes PCR (polymerase chain reaction), tes cepat antigen membutuhkan swab atau usap hidung yang tidak nyaman.
Tes ini juga dapat menghasilkan lebih banyak "negatif palsu," dan mendorong beberapa ahli untuk merekomendasikan hanya digunakan dalam keadaan terjepit.
Namun, peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kasus baru secara global membuat para pejabat kesehatan mengejar lebih banyak pilihan tes, apalagi musim influenza yang kerap terjadi di musim dingin telah mendekat.